1 Jan 2015

Jadilah Superhero Untuk Dirimu Sendiri

        “Gue baru tau, kalo ternyata di Amsterdam itu suhunya dingin banget, ya? Apalagi di pusat kotanya, astagaaaaaa, bikin merinding!” kata mahasiswi modis yang selalu heboh sama apa aja yang berhubungan dengan Eropa, Amerika dan hal-hal lain yang baginya luar biasa.

        “Masa, sih? Tadinya gue pikir Bandung itu kota paling dingin, eh, ternyata nggak. Padahal gue aja kudu pake jaket jeans lapis tiga kalo kesana, khususnya di Lembang, tuh,” respon wanita sederhana bernama Nara, sahabat mahasiswi modis barusan, sembari membuka halaman per-halaman novel And Then There Were None karya Agatha Christie yang sedari tadi dipegangnya.

        “Alaaaaaa, itu sih karena elo-nya aja kampungan. Tidur di kamar ber-AC aja, langsung flu. Makanya, biasain hidup di tempat-tempat dingin. Besok bilang ke nyokap-bokap lo, kalo di luar sana, ada Negara yang namanya Islandia! Disana dingin banget. Percaya, deh!” Sembur mahasiswi modis yang makin lama, makin ngeselin, “Eh, tapi…..”

        “Tapi kenapa?”

        “Tapi gue takut aja. Takut kalo mati kaku disana. Beneran. Coba aja lo pikir, pergi ke Bandung aja, elo kudu pake jaket jeans berlapis-lapis, apalagi ke Islandia? Bisa-bisa elo berpakaian ala tentara Eropa Barat abad pertengahan. Serba besi!”

        “Astagaaaa, lagian bokap ama nyokap gue nggak bakal ngizinin kok. Apalagi ongkos ke Islandia kan mahal. Nggak cukup barang seribu ato dua ribu perak!” timpalnya ketus, “PUAS LO?!”

        “Duile kasihan amat sih lo. Dasar, perempuan miskin penuh kebanggaan!” Mahasiswi sengak itu ngedorong pundak Nara, sampai novel yang sedari tadi dipegangnya terlempar jatuh, “Eh, buku apa, tuh? Resep makanan ya?”

        “Bukan, ini novel. Kenapa? Elo mau ngehina gue lagi? mau ngatain selera bacaan gue rendah? Atau mau bilang kalo gue nggak pantes baca novel terjemahan? Udah, deh.. gue nggak ada waktu. Sorry banget!”

        “Oh, novel. Gue juga hobi baca novel, kok. Apalagi karyanya Johann Sebastian Bach. Ya Tuhan! He is the best writer I’ve ever known! Oke, kedengerannya emang jadul, sih. Tapi, menurut gue classic is classy, right?” kesengak-an mahasiswi modis itu mulai menjadi-jadi, “Eh, ngomong-ngomong, yang lagi lo baca itu buku apa, sih?”

        Nara merapikan novelnya yang lusuh, sambil menyeka cover novelnya yang kotor, ia menjawab dengan yakin, “Bukunya Agatha Christie! Selain Agatha, gue juga suka sama karyanya Nicho Sparks, Suzanne Collins, Enid Blyton, dan banyak lagi! Untuk buku lokal, gue suka sama karyanya Hilman Hariwijaya. Kenapa? Mau ngeledek lagi?”

        “Ngg…. Nggak kok..”

        “Yaudah, gue mau balik dulu, ya. Lagian juga udah sore, takutnya nyokap gue nyariin,” Nara membalikkan badannya, kemudian mendelik ke arah belakang. Dan disaat yang bersamaan, ia sempat berujar pelan, “Eh, iya, hampir aja gue lupa. Sekedar ngasih tau aja nih, kalo Johann Sebastian Bach itu bukan penulis, tapi komponis Legenda yang lahir di Negara Jerman. Kenapa nggak sekalian aja lo bilang, kalo elo suka sama novel karyanya Inul Daratista!”

        Mahasiswi super modis itu melongo kaget. Sedang Nara berlalu  dengan cepat sambil melepaskan gelak tawanya yang tak bisa dibendung lagi. Hahaha…..

***

        Belajar dari percakapan di atas, kita semua pasti kesel kalo berhadapan sama orang yang sifatnya kayak gitu. Selalu mau nunjukin apa yang menurutnya oke. Berharap mendapat sanjungan ekstra dari si lawan bicara. Padahal seharusnya mereka tau, kalo sanjungan sejati itu di dapat dari sebuah kejujuran, bukan kebohongan-kebohongan kroco kayak gitu.

        Padahal apa susahnya sih buat jujur? Kita cuma dituntut untuk berkata yang sebenernya aja, kok. Kalo emang kamu ngerasa ini, ya katakan ini. Kalo kamu ngerasa itu, ya kamu juga harus katakan itu. Simpel banget, kan? Cuma kegengsian mereka aja yang bikin semuanya jadi ribet.

        Ambil contoh, misalnya di suatu taman ada dua remaja yang sedang duduk berdampingan. Kemudian si pria itu mulai melakukan pendekatan, dan mulai mencari perhatian. Sedikit demi sedikit si Pria itu berhasil memangkas jarak, dan berhasil duduk di sebelah wanita barusan, persis, hanya berjarak sekian senti. Kemudian dengan ragu, si pria itu membuka percakapan. Waktu berlalu dengan cepat. 5 menit.. 7 menit… 9 menit…

Dan 30 menit pun berlalu, dua sejoli ini tenggelam dalam fantasi percakapan. Terlebih si pria barusan bercerita soal kekayaannya. Soal harta yang menumpuk di rumahnya. Soal mobil yang jumlahnya entah berapa. Soal halaman rumah yang katanya seluas Greenland. Dan tak ketinggalan, si pria ini juga bercerita bagaimana posisinya di perusahaan. Ya, dia mengaku dirinya sebagai presiden direktur di salah satu perusahaan terkemuka di Jakarta!
Hebat sekali, bukan?

Padahal si wanita barusan belum tau, kalo sebenernya si pria ini adalah pengangguran kelas wahid. Udah 2 tahun si pria ini ngedokem di rumah. Kerjaannya cuma main catur, main kartu, main Get Rich, sama ngerokok. Gitu terus, sampe Kangen Band ngadain world tour di London!

So, kira-kira usaha pria barusan buat ngelanjutin pedekate bakal berhasil nggak? Ya, jelas nggak! Soalnya si wanita barusan bakal inget sama semua kata-katanya. Semua kalimat palsunya. Semua janji-janji indahnya. Toh, kelak semua kata-kata palsu itu bakal ditagih, kok. Beneran.

“Lho, katanya kamu tajir, kok nongkrongnya di warung kopi?”

“Lho, katanya kamu punya mobil mewah, kok kemana-mana masih naik KOPAJA?”

“Wah, wah, wah.. kamu kemarin kan janji sama aku, kalo kita bakal dinner bareng di restauran Madeleine Bistro Jakarta. Kok sekarang kita malah masuk ke Rumah Makan Sunda, sih?”

“Katanya duitnya banyak, tapi kok minumnya ARINDA sama Granita, sih?”
Dan tentunya masih banyak lagi..

Seandainya dari awal si pria barusan fair-fairan sama pasangannya, nyeritain soal keadaan aslinya, nyeritain soal latar belakang yang sebenernya. Pasti semua tagihan itu nggak akan terucap.

Well, satu hal yang perlu kamu tau, kita hidup di dunia ini udah susah, kenapa kamu mau bikin semuanya makin susah dengan kebohongan-kebohongan yang kamu buat? Kenapa kamu sangat sulit untuk berkata jujur di depan publik? Kenapa kegengsian kamu jauh lebih kuat dibandingkan kecuekan kamu sendiri? Oh, jawabannya cuma satu: karena semua manusia itu gila akan sanjungan. Sanjungan yang membuat dirinya terlihat paling hebat dan seolah merajai dirinya sendiri. Merasa paling sempurna. Idealis. Pecundang penuh gaya.



***

Semua orang yang ada di sekitar kita sangat menghargai kejujuran. Karena bagi mereka, kejujuran adalah kunci kepercayaan. Nggak peduli meskipun kejujuran itu membawa dampak yang tidak baik, tapi yang namanya jujur, ya jujur.

        Pernah nggak, kamu nutupin sesuatu dari temen soal keadaanmu? Misalnya, kamu bilang ke mereka, kalo rumahmu itu besar. Ada kurang lebih 3 lantai, dan di tiap lantainya memiliki ruang khusus keluarga, lengkap dengan fitur karaoke. Padahal kenyataannya (maaf) kamu tinggal di rumah illegal, yang dibangun di pinggir rel kereta. Jadi perasaanmu nggak akan tenang, kalo sewaktu-waktu temenmu tau, kalo sebenernya, kamu tinggal di rumah lusuh yang dibangun secara illegal. Ya, kan? Seandainya dari awal kamu jujur sama mereka soal tempat tinggalmu, pasti mereka semua kagum sama kamu, dan mungkin aja, mereka mau ngebantu kamu buat ngedapetin tempat tinggal yang jauh lebih layak dari sekarang.

        Asal kamu tau aja, temanmu nggak pernah ngeliat keadaan ekonomimu. Karena yang mereka harapkan hanya kamu, bukan dompetmu, rekeningmu, atau surat tanahmu.

        Begitupun dengan pacar, sebelum kalian saling terikat, bilang sejujurnya sama dia, kalo sebenernya kamu bukan anak yang terlahir dari tumpukan harta. Toh, kalo tiba-tiba calon pacarmu ngejauh, itu tandanya dia nggak sungguh-sungguh. Tapi kamu nggak perlu sedih, apalagi sampai galau, tugas kamu cuma satu, harus lebih pinter lagi nyeleksi 260juta penduduk Indonesia yang beberapa diantaranya naksir sama kamu. Simpel banget kan?

***

        Mulai sekarang, kalian harus berusaha jadi pribadi yang apa adanya. Jujur sama keadaan. Kalaupun ada temen yang ngehina keadaan ekonomi kalian, diemin aja. Anggap aja hinaan mereka adalah komponen kecil dari semangat masa depan. Dengan begitu, kalian akan tau tentang bagaimana hebatnya ledakan keberhasilan. Ledakan yang sudah kalian tanam dengan sabar. Dangan sedikit komposisi keyakinan di dalamnya.

        Well, sebenernya apa sih yang bikin kalian malu untuk mengakui kenyataan? Minder? Atau takut dijauhin sama temen karena kalian terlahir sebagai anak miskin? Atau… hei, pernah nggak sih kalian mikir, kalo sebenernya orang miskin yang meledak itu jauh lebih hebat ketimbang orang kaya yang hanya bisa mengumpat dibalik kekayaannya. Lahir sebagai orang miskin itu nggak salah, yang salah adalah menyesali kemiskinan, lalu hanya mengeluh kepada Tuhan, dan menganggap jika hidup adalah siksaan sebelum mati.
        Payah.
        Anggapan seorang pecundang maha kuno.

***

        Sekali lagi saya tegaskan, berusahalah jujur, meskipun keadaan kalian tidak sebaik yang orang lain ingin dengar. Setidaknya dengan jujur, semua orang akan tau siapa kamu, dan bagaimana cara memperlakukan orang-orang sepertimu dengan baik.

        Yakinkan diri sendiri, kalo pada kenyataannya, kejujuran adalah karakter pahlawan sejati. Jauh lebih hebat ketimbang pahlawan super yang bergelantungan di gedung-gedung dengan jaring laba-labanya. Dan jauh lebih hebat ketimbang pahlawan super jelek yang warna kulitnya sungguh aneh, hijau tua yang bahkan jauh lebih tua daripada komiknya.

Bagaimana? Sudah siap untuk melakukan kejujuran? Jika sudah, lakukanlah!

So, mulai sekarang, Jadilah pahlawan. Jadilah penggerak. Jadilah teladan. Dan pastinya, jadilah superhero. Bukan untuk orang lain. Tapi untuk dirimu sendiri.





11 komentar:

  1. Karena semuanya dimulai dari diri sendiri.

    Keren, aku suka tulisannya :)

    BalasHapus
  2. Ketika kita berfikir ingin menjadi orang lain.. bukan berarti orang yang kita ingini juga berkeinginan jadi orang lain.. bahkan dia juga ingin menjadi kita..
    Karakter adalah identitas.
    Dan identitas adalah tanda pengenal.
    Jadi lah diri sendiri dan berkarakterlah agar kita punya identitas dan tidak abu-abu..

    Keren tulisannya (y)

    BalasHapus
  3. Sebelum memikirkan orang lain, cobalah perbaiki dulu diri sendiri dengan JUJUR :)

    BalasHapus
  4. Yang jadi cewe sederhananya pasti Farhan

    BalasHapus
  5. kirei desune. amari suki desu^^

    BalasHapus
  6. Sadis. Keren nih tulisannya. Anyway, baru pertama kali kesini nih. Salam kenal ya. :))

    BalasHapus
  7. Sadis. Keren nih tulisannya. Anyway, baru pertama kali kesini nih. Salam kenal ya. :))

    BalasHapus
  8. Tulisan yang berdasarkan realita emang selalu menjadi refrensi orang-orang untuk kedepannya, great post!
    terkeren yang pernah gua baca :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaupan agak sedikit berlebihan, tapi, makasih ya.

      Hapus

“Either positive or negative comments are good because it shows I am still relevant.” – Justin Guarini