27 Apr 2015

Jaga Dirimu Baik-baik, Nak!

Kata orang, hidup baru akan terasa ketika seorang anak sudah berpisah dengan orang tuanya. Namun ada juga yang beranggapan jika hidup baru akan terasa ketika seorang anak memutuskan untuk pergi jauh demi sebuah pekerjaan.
Mana yang kusetujui? Tentu saja keduanya.

Kisah ini aku renungkan dalam diri seorang gadis. Bagaimana mungkin seorang gadis bisa bertahan di kota seberang dalam keadaan sendiri? Pernahkah dia merasa sepi? Atau membayangkan saat-saat dimana dia sedang berkumpul di ruang keluarga dan berbagi canda tawa dengan ayah-ibunya? Pernahkah dia merasa? Atau…..., oh, dia merasakannya, tapi semangatnya seakan membuat rasa sepi terbenam ke dasar bumi paling dalam.

Kamu bisa saja menyerah pada keadaan, mengeluh pada Tuhan, lalu pulang ke rumah dengan alasan yang membuat orang tuamu yakin jika rumah adalah persinggahan terbaikmu. Tapi kamu tidak melakukannya, kamu lebih memilih untuk bertarung dengan lingkungan baru dan menjalani semua fase yang ada.

Sekali lagi kutanyakan padamu, Pernahkah kau merasa sepi? Atau berpikir jika rumahmu memang benar-benar persinggahan terbaikmu? Pernahkah?

Kamu tidak perlu menjawabnya, dentuman semangatmu seakan menjawab pertanyaanku.

Gadis muda, kumohon, berhentilah menatap remaja sekitarmu. Aku tau, mereka asik dengan dunianya, mereka tertawa dengan kehidupan ringannya, tapi itu hanya sementara, mereka semua akan menyesal pada detik dimana kamu tertawa dengan pencapaianmu. Kamu akan meledak, ledakanmu akan mengguncang remaja-remaja lainnya. Percayalah padaku.

Saat ini, jarak ragamu dan orang tuamu terlampau jauh, bahkan sekeras apapun kamu berteriak, mereka tidak akan mendengarnya. Kau pasti merindukannya—merindukan kebersamaannya, merindukan perhatiannya, dan yang paling utama adalah, kau merindukan makanan buatannya. Bukan begitu?