2 Jan 2016

Hilang Kata karena Kereta

“You can’t understand a city without using its public transportation system.”
(Erol Ozan).

Kutipan di atas jadi satu-satunya kutipan yang meyakinkan gue kalau transportasi umum adalah pilihan tepat. Semenjak duduk di bangku kuliah, gue nggak pernah jauh-jauh dari kereta. Bahkan untuk sekedar balikin buku ke perpus aja, gue kudu beli tiket kereta.

Jarak dari rumah gue ke kampus kurang lebih 35 km, btw.

Kalau tiap hari kudu jalan kaki, bisa-bisa gue masuk berita.

Masuk acara Hitam-Putih.

Masuk acara Kick Andy.

Masuk acara Mata Najwa.

Masuk majalah Gadis.

Masuk majalah Bobo.

Jadi Hot-treat di Kaskus selama 5 hari berturut-turut.

Dapet bintang kehormatan dari presiden.

Dan,
Eh.. kok masuk majalah Bobo, sih? Apa hubungannya?

Oke, skip. Balik ke topik awal.


Jadi ceritanya, belakangan ini gue dibikin keki berat sama kereta. Bukannya apa-apa, gue pikir YouTube doang yang bisa buffer, ternyata kereta juga.

Buffer kadang bikin baper.

Sebenernya, estimasi paling rasional dari Bekasi ke Depok kurang lebih 60 menit. Itu pun kalau kecepatannya stabil. Gue bilang stabil, karena itu lebih baik ketimbang super-cepet tapi sering berhenti. Kalau kayak gini, apa bedanya kereta sama angkot? Ya, kan?

Oleh sang jalan (baca: by the way), gue mau certa sedikit tentang pengalaman naik kereta hari Rabu kemarin.

Jadi gini..

Hari Rabu kemarin adalah hari ketiga gue UAS di kampus. Karena dapet jadwal ujian siang, akhirnya gue jalan dari rumah sekitar jam 10:45. Masih ada dua jam lagi sebelum ujian bener-bener di mulai.

Gue masuk ke dalem stasiun, duduk di kursi tunggu, sambil baca beberapa chapter mata kuliah yang hendak diujikan. Matahari mulai terik, tapi kereta belum juga lewat. Dalem hati mau marah, tapi ada sisi lain yang menghalangi. Akhirnya gue lanjut baca sambil nyeka keringet berulang kali.

Kereta arah Jakarta Kota belum tersedia di stasiun Bekasi.

Begitu kata mbak-mbak petugasnya. 15 menit kemudian..

Kereta arah Jakarta Kota belum tersedia di stasiun Bekasi.

Halah. Bodo amat, mbak!

Berusaha sabar. Duduk dan membaca. 15 menit kemudian, suara mbak-mbak petugas kembali terdengar.

Gue titip risol dong, dibungkus. Nggak usah pake cabe. Eh, astaghfirullah, mampus, gue lupa matiin mikrofon-nya. Huwaaaaa….
Duk! Duk! Duk!

Suara menghilang.

Seluruh calon penumpang di stasiun saling berpandangan. Merasa ada yang ganjil. Bahkan ada ibu-ibu yang nyeletuk, “Oalah, sableng!” Terus anak kecil di sebelah gue nanya ke mamahnya, “Ma, risol itu bukannya kue?” Mamahnya ngangguk, dia nanya lagi. “Terus, apa hubungannya kereta sama kue, Ma?

Anak kecil itu ngulet-ngulet manja di lengan mamahnya.

“Hubungannya?” Mamahnya mulai bersuara. “Sama-sama diawali huruf K. Kereta dan Kue.” Anak kecil itu ngangguk-ngangguk, seakan jawaban mamahnya mampu menyelamatkan masa depan Indonesia.

5 menit kemudian, suara kembali terdengar.

Untuk para penumpang kereta, diharapkan mempersiapkan diri. Kereta jurusan Jakarta rangkaiannya sudah berangkat dari stasiun Bekasi.

Gue bangkit dari duduk dan berdiri di belakang garis kuning. 2 menit setelahnya, kereta tiba.

Keadaan kereta dari arah Bekasi selalu sesak. Bahkan untuk gerak atau sekedar baca buku aja susah. Makanya nggak heran, kalau mereka punya keyakinan kuat bahwa Bekasi adalah kota dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia Tenggara.

“Mas, bisa geseran dikit nggak?”

“Bisa, sebentar.”

Di tengah jalan, keadaan kereta makin sesak. Sampai ketika tiba di stasiun Klender, ada ibu-ibu hamil yang masuk kereta dan bingung harus duduk di mana. Tak ada tempat untuknya, karena semua kursi sudah diisi orang lain. Kalau dipikir-pikir, remaja zaman sekarang emang kurang ajar. Mereka, yang secara fisik masih sehat, malah ngambil hak prioritas dan berlagak keliru. Jadi, kalau udah dapet tempat duduk, mereka bakal pura-pura tidur, supaya nggak diganggu penumpang lain.

Merasa terusik, akhirnya gue suruh ibu-ibu hamil tadi duduk.

“Tapi,” dia mengelus kandungannya, “nggak ada bangku kosong, dik.”

“Bentar ya, Bu,” kata gue. “Saya carikan di sebelah sana.”

Setelah menembus keramaian dan mengamati, akhirnya terdapat satu tempat yang sepertinya diduduki orang salah. Orang itu terlihat masih muda dan jago main futsal. Keliatan dari betisnya yang segede tabung elpiji 3 kg. Dengan penuh keberanian dan hati-hati, gue colek lengan kanannya.

“Mas,” gue menjentikkan jari. “Itu ada ibu-ibu hamil.”

“Apa?”

“Ibu-ibu hamil.”

“Hm.. Ridwan,” mas-mas itu nyengir. “Ridwan Hamil.”

ITU KAMIL, OY. RIDWAN KAMIL. BUSET.

Gimana ya—rasanya pengen gue jitak kepala mas-mas itu sampe mati.

“Atau—“ dia berhenti sejenak, kemudian melanjutkan. “Saipul Hamil?”

ITU SAIPUL, SETAAAN! LAMA-LAMA GUE GANGNAM STYLE JUGA NIH!

“Oke,” katanya, lalu bangkit dan memersilakan ibu-ibu tadi duduk. “Santai, tadi cuma bercanda.”

Setelah menempuh perjalanan 45 menit, kereta yang gue naikin sedikit melambat. Gue mulai panik, kalau kayak gini terus, bisa-bisa gue telat dan gak boleh ikut ujian.

Di sudut pintu gerbong, badan gue mulai berkeringat. Buku yang gue pegang, tanpa disengaja, gue jadiin gulungan kecil. makin kecil, gue makin panik. Rasanya mau gelar sajadah di kereta, terus baca do’a sambil nangis-nangis.

Nggak, nggak mungkin. Terus, dengan cara apa lagi gue bisa sampe kampus tepat waktu?

Dengan cara: pergi ke gerbong paling depan, ketemu masinis, terus bilang, “Cepetan kali, bro. Nanti malem Dangdut Academy tayang lebih awal.” Gitu?

Nggak, ini juga nggak mungkin.

Akhirnya, karena putus asa dan gak tau harus apa, gue memutuskan untuk…….. main Askfm.

Iya, emang gak nyambung.

…..

Di Pasar Minggu, laju kereta mengalami peningkatan. Meski begitu, gue belum tenang. Pasalnya, waktu hanya menyisakan 10 menit lagi, sebelum ujian benar-benar dimulai.

Beberapa temen deket, yang berada satu ruangan, bahkan beramai-ramai memberi peringatan soal keterlambatan ini. Ada yang ngirim BBM, SMS, WhatsApp, sampe ngirim paket liburan keliling Irak juga ada. Macem-macem.


Telat masih bisa ngocol.


Kalau kayak gini, mau ngeluh ke siapa? Pemerintah? Yang menggembar-gemborkan masyarakatnya untuk naik transportasi publik namun belum mampu memberi kelayakan? Lupain soal kualitas deh, gue nggak peduli soal itu. Mau keretanya jelek atau kumuh, asal cepet, semua bisa dimaapin. Tapi kalau lambat begini, gimana? Coba kalian bayangin kalau ada karyawan kontrak yang buru-buru berangkat ke kantor untuk menyajikan presentasi pengangkatan jabatan? Telat satu menit aja, dia bakal ngecewain banyak orang. Atau coba bayangin orang lain dengan keperluan mendadak yang lebih rumit lagi? Dari luar, mereka tampak tenang. Tapi dari dalem? Gue yakin mereka sibuk maki-maki dalem hati.

Kereta pun berhenti di stasiun tujuan. Gue sampe kampus—bener-bener di depan gerbang—sekitar jam 13.30.

Bahkan, nenek-nenek usia 93 tahun yang hobi manjat tebing juga tau kalo gue telat.

“Pak, masih boleh masuk?”

“Kenapa telat?”

“Tadi ada Ultraman.”

“Jangan bercanda.”

“Tadi itu…….. nganu—“ aduh, gue harus ngasih alasan apa nih. “—uhm, tadi ada hujan lokal. Bener-bener lokal.”

“Hujannya cuma di RT kamu aja?”

“Iya, pak.” kata gue. “Cuma di RT saya aja. RT lain nggak.”

“Oh yaudah,” dia ngasih lembaran soal dan jawaban, kemudian tersenyum dan berkata, “Silahkan masuk.”

“Serius, pak?” gue kaget, saking kagetnya bahkan mau teriak: SERIUS LO, BRO?

Tapi nggak jadi, karena songong.

“Ciyus.” Kata dosen ini, kalem. “Ciyusan.”

Gue duduk di bangku paling depan. Memandang soal, dan mulai menulis jawaban.

…..

Tadi sedikit cerita tentang pengalaman gue naik kereta. Sebenernya, masih banyak lagi pengalaman lain. Tapi kalau gue ceritain semua, bisa-bisa dituntut sama PT KAI.

Ohya, terlepas dari itu semua, sebenernya sistem yang dipakai perkereta apian Indonesia udah cukup baik. Memanfaatkan teknologi taping-card mampu meminimalisir kemungkinan terjadinya kecurangan atau hadirnya penumpang gelap. Bahkan, baru-baru ini, di tiap gerbong kereta, terdapat layar berukuran persegi panjang yang selalu menyajikan informasi atau hiburan. Jadi, penumpang nggak terlalu bete kalau menempuh perjalanan jauh. Di sini, yang mau gue fokusin sebenernya cuma di sektor jadwal keberangkatannya. Kalau bisa, proses keluar-masuk kereta diberi jeda yang singkat, sehingga calon penumpang nggak terbengkalai di peron stasiun. Lambatnya jadwal juga berpengaruh sama kecepatan kereta. Mau nggak mau, mereka harus menahan lajunya, guna menunggu susulan kereta jarak jauh dari belakang.

Tapi, kita semua nggak boleh ngeluh. Berdoa aja, semoga di tahun 2016 ini, pemerintah lebih cermat dalam penataan transportasinya. Juga penataan-penataan lain yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat.

Karena, kualitas suatu negara dapat diukur melalui kelayakan transportasi publiknya.

Negara yang gagal dalam pelayanan publik, maka gagal dalam sektor lainnya.

Setuju?

Harus.

…..

Ps: kalau kamu punya pengalaman unik atau lucu soal kereta api, silahkan coret-coret kolom komentar di bawah. Saya tunggu cerita menarikmu, teman!

6 komentar:

  1. Keren artikelnya bro
    Mampir balik yu bro. Cuma buat bisa peringkat di google
    Promo Member Baru Sportsbook www.v77bet.com Bonus 20% Credit
    Minimum Deposit Rp 50.000,-
    Maksimum Bonus Rp 2.000.000,-
    DAFTARKAN DIRI ANDA. BANYAK PROMO MENANTI ANDA !
    Agen Bola Terpercaya | Agen Bola Online | Agen Bola Indonesia| Agen Judi Bola | Agen Bola Terbaik | Cara Daftar Sbobet
    http://v77bet.com Agen Judi bola
    http://v77bet.com Agen judi terbaik
    http://v77bet.com Agen casino sbobet
    http://v77bet.com Cara daftar sbobet
    http://v77bet.com Agen bola indonesia

    BalasHapus
  2. jaman kuliah, kereta bisa dibilang sahabat sejati yang nganterin gue pp dari bandung ke jombang. bahkan sampe kemarin terakhir dapet tugas di jogja, kereta tetep jadi pilihan gue, ketimbang naik pesawat.
    walaupun mungkin belum sempurna, tapi KAI bener2 merubah image kereta, dan ini paling dirasa kalau kita naik kereta ekonomi. malah menurut gue g ada bedanya ekonomi ama bisnis, mungkin cuma kelihatan di kursinya doang dan juga acara mengalah, mendahulukan eksekutif, bisnis, baru deh paling bontot ekonomi. udah g ada pengamen, yang jualan asongan, penumpang gelap. jadi lebih nyaman, apalagi kalau naik kereta buat perjalanan jauh. yah kita doain aja semoga transportasi di Indonesia ini semakin teratur, canggih, nyaman, dan aman buat publik

    BalasHapus
  3. njiirrr hujan lokal wkwkkk, btw gue setuju sama kalimat terakhirnya ...

    BalasHapus
  4. Wah kalo di Jepang sih, kereta telat pasti dikasih tiket atau surat gitu setiap penumpang, bisa diperlihatkan ke guru/bos/dosen jadi dikasih dispensasi. Tapi namanya juga Indonesia, bisa jadi disalahgunakan kalau ada yg begitu :))
    Lah Jabodetabek mah udah paling pengap. Aku di Bandung baik KRD dari stasiun awal sampe akhir yang berdiri di tengah gerbong bisa diitung jari. KRD nya ada ac nya, adem. Ada stopkontak juga. #lah #riya
    :))

    BalasHapus
  5. V77bet menyediakan berbagai jenis taruhan Sportsbook, Casino, Poker dan sebagainya.
    Nikmatilah promo menarik dari 20% sampai 100% dan dapatkan cashback hingga 5%
    Silakan hubungi segera operator kami :
    BBm : 5C3 08C 98
    Wechat : pokerV77
    line : pokerV77
    whatsapp: +639167808777

    BalasHapus

“Either positive or negative comments are good because it shows I am still relevant.” – Justin Guarini