9 Feb 2014

Perokok Itu Gak Keren, Kok!


        “Kamu pacaran sama perokok, ya?” tanya seorang pria, singkat.

        “Iya! Emang ada yang salah dari seorang perokok?”

      “Tentu ada!” ujar pria tadi, “Lagian emang kamu nggak keganggu kalo deket sama dia? Pembicaraan kalian akan diwarnai oleh asap yang mengepul dengan ganas!”

      “Gak peduli!” jawabnya ketus, “Percaya, deh. Kalo dia emang sayang sama aku, dia bakalan berhenti ngerokok, kok!”

         “Nggak mungkin! Berhenti ngerokok kan sus….”

        Belum selesai pria itu berbicara, si wanita langsung memotongnya dengan cepat, “Apa? Berhenti ngerokok itu susah? Nggak, tuh! Aku yakin sama kekuatan cinta. Masa iya, cinta dia ke aku bisa kalah sama hobi ngerokok-nya! Udah, deh. Kamu peduli amat! Lagian yang pacaran kan aku, bukan kamu. Ya suka-suka aku, dooong..”

        “Iya, deh. Terserah kamu. Selamat menuju kematian bersama kekasih, ya! Bye!” pria itu ngeloyor pergi, disertai oleh cekikikan yang sedikit tertahan.


***

        Udah tiga kali gue terlibat dalam pembicaraan seperti itu, dan udah tiga kali juga gue gagal, karena nasihat gue terhempas jauh oleh kilahan-kilahan mereka yang hebat.

        Tapi gue bisa apa? Karena pada dasarnya, merokok adalah hal yang wajar bagi seorang pria, khususnya di Negara kita, Indonesia. Malahan, menurut  riset, jumlah perokok Indonesia sudah meningkat hampir tiga kali lipat sejak tahun 1980. Wah, mungkin karena jumlah penduduk Indonesia yang saban hari semakin bertambah kali, ya? Duh!


        Pernah denger, gak, kalo ternyata jumlah perokok di Indonesia itu terbanyak ke-2 di Dunia? Belum, ya? Jadi gini, hasil pengamatan ini dihitung melalui persentase, bukan jumlah perokok menyeluruh. Kalo menurut jumlah perokok menyeluruh, Indonesia ada di posisi pertama. Gitu. Berbanding terbalik dengan penghitungan melalui persentase, jumlah perokok terbanyak di Dunia itu ada di Timor Leste, dengan 61% dari jumlah penduduknya, disusul oleh Indonesia ditempat kedua, dengan 58% dari jumlah penduduknya. Keren, gak? Bangga, gak? Salut, gak? Kalo iya, bikin acara syukuran, dong. Kapan lagi Indonesia bisa merajai Dunia? Uh, dalam bidang rokok tapi.

        Oh, iya, menurut angka-angka terbaru dari studi Global Burden of Disease (GBD) yang dikoordinasikan bersama IHME. Di Indonesia, ternyata penggunaan tembakau menyebabkan hampir 200.000 kematian. Estimasi ini belum termasuk dengan berbagai penyakit yang menyerang perokok pasif, lho! Gitu. Wah, ternyata tembakau jauh lebih serem ketimbang bokap calon gebetan, ya. Hihihihi..




***


        Pada umumnya, rokok lebih banyak dihisap oleh kalangan remaja, makanya jangan heran kalo ngeliat remaja jaman sekarang keliatan lemes banget; langkahnya gontai, matanya sayup-sayup berair, bibirnya pucat-pasi, dan badannya terlihat penuh beban.

        Tapi kalo kita bicara soal remaja, pasti kita selalu meng-identikannya dengan dunia asmara. Nah, pertanyaan gue adalah: pernah, gak, kalian ngeliat remaja yang sedang memadu kasih di sebuah kendaraan bermotor, lalu di sela-sela jari telunjuk & jari tengah si pria dihiasi oleh sebatang rokok? Pernah, kan? Pernah, kan? Pernah, kan? Weeeellll, ayok kita bahas!

        Uhuk! Jadi gini, setiap hari, gue selalu ngerasain yang namanya ‘kejebak lampu merah’. Nah, kalian tau, kan, gimana rasanya kejebak di lampu merah? Bete pastinya. Makanya banyak orang yang mencoba membunuh waktu, caranya beda-beda, lho.. ada yang mainan handphone, ada yang benerin jam tangan, ada yang main catur, ada yang main Nintendo Wii, ada yang senam kesehatan-jasmani, ada yang main futsal. Eh, eh, kok lebay gini, ya? Uhm, jadi gitu, deh. Dan pastinya, ada beberapa sepasang kekasih yang wajahnya terlihat murung, bete, sebel, lantaran lampu merah yang nggak kunjung berubah jadi hijau. Hiks! Nah, nah, biasanya momen kayak gini, nih, yang salah. Gue sering mendapati si pria yang terlihat jenuh, kemudian memasukkan tangannya ke kantung dan mengambil sebatang rokok, lalu membakarnya, tanpa memikirkan kekasihnya yang sedang duduk di belakang. Endingnya, kekasih si pria barusan cuma bisa cemberut, nutup idung pake tangan, dan berakhir pada batuk-batuk penuh sesak. Eh, tapi ada juga, lho, cewek yang bego, bukannya nutup idung, eh, dia malah kesenengan, senyum-senyum riang, sambil bergumam: “Ih, sayangku suka banget ngerokok, yah? Hihihihi, nanti uangnya habis, lho. Mendingan uangnya ditabung, buat modal kita nikah.”
SATE PADANG! Bukannya ngomel, dia malah seneng. Mati aje, lo! Mati!

        Bukan cuma itu, ada satu momen yang lebih parah lagi, ketika sepasang kekasih sedang makan bersama, lalu saat usai menyantap makanan, si pria akan memasang wajah gelisah, lalu berkata lirih pada pasangannya, “Sayang, aku mau ngerokok dulu, ya. Barusan, kan, abis makan. Kalo nggak ngerokok, mulutnya asem.” Nah, biasanya saat momen-momen seperti ini, si cewek akan mengambil sikap santai, mengizinkan pasangannya merokok, dan dia akan menyibukkan diri dengan cara: menyisir rambut, membuka jejaring sosial, atau aktifitas lain yang menyita cukup banyak waktu. Terus si cowok? Ya, masih sibuk ngerokok, satu batang, dua batang, tiga batang, terus akhirnya mati di tempat, deh. Hehehehe…



       
***

        Sekarang kita bahas zat berbahaya pada rokok, ya. Biar kalian tau, betapa mematikannya benda yang satu ini. Bukan bermaksud nakut-nakutin, tapi sekedar memaparkan kebenaran aja. Siapa tau setelah baca ini, kalian jadi takut sama rokok. Kan keren, tuh! Ya, gak? Iya, dong!

        Nah, biasanya perokok itu hanya berfikir pendek, mereka beranggapan jika aktifitas merokok adalah hal yang wajar, karena mereka selalu berasumsi jika asap rokok, sama saja dengan asap-asap yang lain. Padahal kenyataannya? Wah, tentu salah! Semua asap memang berbahaya, tapi kandungan asap pada rokok adalah kandungan paling mematikan di dunia. Nggak percaya? Nih, beberapa kandungan yang ada pada rokok:

Kumarin
Kumarin merupakan bahan tambahan pada makanan yang kini telah dilarang berdasarkan standar dunia, tapi zat adiktif organik ini masih digunakan secara luas dalam rokok.

Timbal
Gue nggak begitu paham soal timbal, tapi menurut artikel yang gue baca di internet, sih, katanya peningkatan kadar timbal dalam darah itu dapat menyebabkan kematian secara ekstrim. Lho, kok, kematian secara ekstrim? Gak tau juga, deh. Mungkin mati-nya dalam posisi khayang kali. Hehehe. Oh, iya. Timbal juga dikenal sebagai karsinogen, lhooo. Tau karsinogen, gak? Nggak tau? Sama! Makanya Googling, dong!

Hidrogen Sianida
Sianida adalah racun tercepat di Dunia, nah, kalo dikombinasikan sama hydrogen, senyawa kimia ini dapat merusak silia pada saluran bronchial dan paru-paru. Padahal, fungsi rambut halus seperti silia biasanya dapat membantu untuk menyeret keluar racun dalam udara yang dihirup, lho. Berarti kalo silia kalian udah rusak, gimana? Tubuh kalian isinya racun doang, dong? Hiiiiiiiii…..

Kromium
Kromium merupakan logam yang jelas-jelas menyebabkan kanker, terus yang lebih buruknya lagi, kromium ini ternyata menempel pada DNA, dan menyebabkan kerusakan pada organ dalam tubuh.

Naftalena
Tau naftalena, gak? Naftalena itu bahan kapur barus. Yang dipakai untuk menjauhkan serangga maupun tikus di lemari pakaian, kamar mandi, atau ruang-ruang lain yang berpotensi besar untuk didatangi oleh serangga & tikus barusan. Nah, bayangin, bagaimana nasib para perokok yang menghirup zat ini melalui mulutnya? Wih, pasti syerem. Kenapa nggak langsung aja dimakan mentah-mentah tuh kapur barus? Kan keren, kayak makan permen Mentos gitu..

Amonia
Amonia adalah zat yang digunakan pada pembersih toilet, zat kimia berbau busuk ini dapat membuat kepala pusing, namun membuat aktifitas merokok menjadi lebih adiktif. Gitu.

Karbon Monoksida
Sekita 5% dari asap rokok adalah karbon monoksida. Gas beracun ini menempel pada sel darah merah dan mengurangi daya dukung oksigen darah. Imbasnya, paru-paru jadi rusak, dan berpotensi terkena penyakit koroner.

Kadmium
Gak begitu tau kadmium, tapi setau gue, sih, zat ini dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal.

Tar
Nah, ini zat yang paling serem, lho.. jadi gini, tar bersifat karsinogenik, muncul saat rokok sudah dibakar, dan setau gue, sih, zat ini paling banyak menyumbang penyakit, antara lain: kanker, penyakit jantung, impotensi, penyakit darah, enfisema, bronchitis kronik, gangguan kehamilan, dan yang terakhir, jomblo berkepanjangan~

Nikotin
Kalo kalian kenal sama rokok, pasti kalian juga kenal, kan, sama nikotin? Ya, dua benda ini memang sangat berkaitan. Tiap denger kata ‘nikotin’, pasti otak kita akan tertuju pada rokok. Gitu.
Well, nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0,5 - 3 ng, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40 - 50 ng/ml. So, Nikotin bukan merupakan komponen karsiogenik. Hasil pembusukan panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosamine-lah yang bersifat karsiogenik. Pada paru-paru, nikotin dapat menghambat aktifitas silia. Seperti halnya heroin dan kokain, nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan, dan keterikatan fisik. Nah, hal itu yang menyebabkan mengapa sekali merokok, susah untuh berhentinya.
Bukan cuma itu aja, nikotin juga dapat menyebabkan perangsangan terhadap hormon kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jadi, jantung nggak dikasih kesempatan untuk istirahat, dan tekanan darah akan semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi. Eh tapi, denger-denger, katanya nikotin ini dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, lho! Hiiiiiii…..

        Nah, barusan adalah beberapa contoh kandungan zat pada satu batang rokok. Inget, itu baru beberapa doang, lho. Soalnya, menurut WHO, dalam satu batang rokok itu terdapat 4.000 kandungan zat, yang 200 diantarnya ternyata masuk ke dalam kategori zat beracun. Gitu..

***

        So, kira-kira, perokok bakal jera, gak, setelah baca tulisan di atas? Kalo kalian jawab iya, berarti jawaban kalian jelas salah. Soalnya, mereka akan menemukan alasan-alasan baru untuk menutupi aktifitas buruknya itu. Ya inilah, Ya itulah. Semua anggapan orang selalu dianggap salah. Padahal, kan, udah jelas. Yang salah itu, ya, perokok. Wong asepnya ngerusak udara yang kita hirup, kok. Hih!

        Peristiwa ini pernah gue alami beberapa bulan yang lalu, jadi gini..

        Waktu itu tepat tanggal 31 Desember 2013, gue lagi asik duduk di bawah pohon beringin, sembari melukis pemandangan sekitar. Tanpa disengaja, gue ketemu sama temen deket gue, namanya Lutfi. Lutfi adalah perokok aktif, yang bisa menghabiskan 2 bungkus rokok dalam sehari. Jadi nggak heran, kalo bibirnya keliatan pucet banget, kayak abis dicium sama cewek-cewek Maluku gitu. Hiiiiii…

        Lutfi dateng mendekat, langkahnya terlihat sangat yakin. Gue masih sibuk melamat-lamat penglihatan yang kurang baik, “Itu Lutfi atau bukan, ya?” gue bergumam dalam hati.

        “Eh, Han! Inget sama gue, gak?” tegor Lutfi, dari kejauhan, “Ini gue, Lutfi. Temen lama lo. Yang dulu sering main PS bareng.”

        “Oh, iya, iya. Gue inget. Lutfi yang dulu naksir sama kakak kelas, kan? Yang ditolak di depan temen-temen, cuma karena nggak bisa ngiket tali sepatu doang?”

        “Idiiih, sialan! Iya, iya.. gapapa, deh, elo ngeledekin gue, yang penting, kan, elo masih inget sama gue.” kata Lutfi. Sambil melontarkan senyuman khasnya.

Kami berdua saling melempar senyuman satu sama lain. dan disaat yang bersamaan, Lutfi mengambil satu batang rokok dari dalam saku celana, lalu membakarnya menggunakan korek gas bermotif batik. Dan saat-saat menyebalkan itupun hadir. Saat dimana asap rokok mulai menguasai udara sekitar, dan suara batuk menjadi backsound pembicaraan kami. “Uhuk! E-elo.. uhuk! ngerokok, Fi? Uhuk!”

“Iya, kenapa, Han?”

“Ya, gak apa-apa, sih. Cuma nanya aja. Hehehe..”

Lutfi cekikikan. Sambil memainkan sebatang rokok menggunakan jari telunjuknya, Lutfi kemudian melontarkan pertanyaan yang sangat dahsyat, “Eh, lo ngerokok, kan?”

Gue terkesiap, lalu me-respon pertanyaan Lutfi dengan canggung, “Eng-engga, Fi. Gue nggak pernah ngerokok. Emangnya kenapa?”

     “APA?! BELUM PERNAH NGEROKOK?!” Lutfi terlonjak kaget, “Hari gini belum pernah ngerokok? Astaga-naga-dragon! Elo itu cowok, Han. Bukan cewek. Jadi ayo dong, cobain satu atau dua batang aja.  Dijamin, deh, elo bakal ketagihan! Lagian juga rokok itu rasanya enak, kok. Beneran!”

        “Oh, rokok itu rasanya enak, ya?”

        “Iya, enak banget!”

        “Enakan mana sama martabak?”

        “Y-y-yaaaa, en-enakan martabak, sih..”

        “Nah, yaudah!”

        Gue nyelonong pergi. Niatnya, sih, pengen ngehindarin percakapan soal rokok barusan. Yaa buat jaga-jaga aja, takutnya nanti gue kegoda sama bujuk-rayu dia. Kan bahaya. “Eit! Tunggu dulu, mau pergi kemana, Han?” gue mendelik kebelakang. Sialan, Lutfi narik tangan gue, dia masih belum puas ternyata.

        “Apa lagi, sih, Fi?” tanya gue, setengah keki.

        “Ayo, dong! Cobain, Han. Yaa barang satu atau dua batang aja, kan, gak apa-apa. Tenang, nggak akan mati, kok!”

        “Yaelaaaaah, elo belum nyerah juga? Sekali nggak, ya, nggak!” gue membalasnya dengan ketus.

        “Alaaaaaaa, jangan pura-pura gitu dong, Han. Lagian, nih, ya.. mau ngapain elo nggak ngerokok? Mau jadi penjaga SPBU?”

        “Kagak!” gue makin sebel, “Sekarang gini, Fi. Gue pernah baca artikel soal rokok di internet, disitu dijelasin, kalo para pendiri perusahaan rokok itu rata-rata bukan perokok aktif. Nah, pertanyaan gue, emang elo nggak sebel apa? Beli produk berbahaya dari dia, sedangkan dia-nya aja nggak make produknya sendiri? Hayooo, coba dipikir lagi..”

        “Aduh, Han.. Han.. liat aja tukang bakso, emang pernah dia makan bakso buatannya sendiri? Nggak, kan?”

        Gue tercekat. Lalu mengernyitkan dahi, “Be-bener juga, ya, Fi..”

        Lutfi kemudian tertawa penuh riang, percakapan kami ditutup dengan pacarnya Lutfi yang udah sibuk ngajak Lutfi pergi dari sini. Huh, untung aja. kalo nggak gitu, gue bisa ke-goda. Tapi beneran, deh. Sampe sekarang gue masih bingung. Kenapa, ya, rata-rata perokok itu punya alasan-alasan jitu buat ngehindarin nasehat orang lain? Udah gitu alasan merekapun selalu masuk akal. Jadinya malah kitanya yang terperanjat. Tiap adu argumen, selaluuuu kalah. Kan sebel.

***

        Oh, iya. Lupa. Setelah kita bahas bahan-bahan yang terkandung pada rokok, sekarang gue kasih liat beberapa bukti kalo rokok itu bener-bener bahaya untuk tubuh. Nih, buktinya! Jangan muntah, yaaa:





Kaki-nya gaul, ngebentuk 'metal' gitu.

        Nah, this is the end of the post, buat kalian para perokok, atau yang kebetulan kekasihnya itu perokok, gue minta maaf, ya, kalo tulisan ini agak nyindir. Soalnya mau gimana lagi? rokok, kan, emang bahaya. Gue pernah baca artikel di website luar negeri, katanya: butuh satu atau dua dekade, bagi perokok aktif untuk berhenti merokok secara total. Hah?! DUA DEKADE?! Dua puluh tahun, dong? Kalo umur kalian sekarang 20 tahun, itu tandanya, kalian bakal bener-bener berhenti ngerokok di-usia 40 tahun. Wuiiiihh, susah juga, ya.

        Coba, deh, isi waktu kalian dengan hal-hal yang lebih menyenangkan ketimbang ‘merokok’. Tapi dalam batasan-batasan positif, ya. Nah, siapa tau hobi ngerokok kalian bisa sedikit berkurang. Paling nggak setengah dari biasanya, deh.

        Kalo udah gitu, pasti kalian bakal ninggalin rokok, demi aktifitas baru kalian. Sekarang tinggal bagaimana cara kalian meng-ekspresikan kebencian masa lalu soal rokok. Kalo emang udah benci banget. Itu tandanya kalian udah berhasil ngejauh dari jeratan benda bahaya ini. Tapi inget! Semua itu butuh waktu, ya.

        Percaya, deh. Semua orang tua itu pengen supaya anaknya jauh dari rokok, kok. Sebenernya ada kekecewaan yang tersembunyi di balik senyum mereka pas ngeliat anak kesayangannya udah mulai make benda bahaya ini. Makanya rata-rata orang tua suka mencak-mencak dalem hati kalo liat anaknya lagi asik sama rokok.

        Soal asmara, kalian harus percaya. Mereka, para kekasih perokok, sebenernya merasa jenuh saat melihat pasangannya sedang sibuk dengan rokok-nya. Karena pada dasarnya, kekasih yang baik akan mengingatkan pasangannya untuk menjauhi benda bahaya ini, apalagi sampai dijadikan candu.
Gitu..

***

        Nah, inget, ya! Kalian harus jauh-jauh dari rokok. Kalo masih sibuk mikirin rokok, terus kapan mikirin masa depan-nya? Hehehe.. Lagian ngerokok itu nggak keren, kok! Beneran.

Sumber gambar dan beberapa referensi:
Health.detik.com
www.mpm-motor.co.id/wp-content/uploads/2013/06/3797169375_642efedfa2_z.jpg

15 komentar:

  1. Percakapan yang pertama bener bgt. betewe, tulisan lu asik, ngajak kita ngejauhin rokok tp dengan cara yg beda... keep writing ya.

    BalasHapus
  2. Itu tulisan zat-zat berbahayanya pasti ngambil dari suatu sumberkan? Kok ngga dicantumin di bawah ya? Kasihan loh pengarang/penulis aslinya. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya baru ditambahin "beberapa referensi" tdinya kan cuma sumber gambar. Hehe

      Hapus
  3. Setuju banget. Ngerokok lebih banyak ruginya daripada untungnya...

    BalasHapus
  4. keren banget tulisan lo bro. setuju banget nih, para perokok selalu punya alasan untuk terus merokok. padahal duit mereka jg abis di rokok, makin sakit juga. apalagi kalau di dalam angkot ada yg merokok. itu kampret banget

    BalasHapus
  5. Iya, ngerokok emg gakeren. Kerenan gue. #salahfokus.

    Kasihan org2 yg di sekitar perokok aktif. Katanya sih, bakal lebih cepat terganggu perokok pasif drpd aktif. Trs yg pcrn, gmn kl cewenya ternyata asma? Kasihan.

    BalasHapus
  6. ah bosen gua sob ngebahas ini masalah, mau lu kasih foto sengeri apa pun juga ga bakal ngaruh, kalo namanya udah kecanduan parah ya tetep kecanduan, mirip kayak pengguna narkoba aja sob, dia harus di rehab, tapi kita doain aja deh ya, semoga perokok cepet-cepet sembuh dari kecanduan nya. Gua aja sekarang kalo ngirup asep rokok itu rasa nya mau muntah, ini bener, gua ga bohong, terus kalo ada rokok dibuang tapi asep nya kemana-mana, langsung gua injek sampe ancur, gua kesel sumpah haha

    BalasHapus
  7. Saya bukan perokok, tapi saya jadi malas liat gambarnya. Ah besok pagi bakal nggak sarapan ini kalo keinget gambar ini.

    BalasHapus
  8. Balasan
    1. Ayahku juga perokok, kok. Hihihi..
      Nah, sebagai anak, kamu tau 'kan tugasmu itu apa?

      Hapus

“Either positive or negative comments are good because it shows I am still relevant.” – Justin Guarini