“Kamu boleh disebut dewasa, kalau
perut orang lain sudah menjadi tanggung jawabmu.”
Apa yang kamu bayangkan setiap kali denger kata nikah?
Takut?
Belum siap?
Atau yang lainnya?
Saya adalah remaja yang sangat mendambakan pernikahan.
Bukan soal waktu, karena saya masih terlalu muda. Tapi, soal momen yang bisa
saya lakukan setiap hari bersama seorang istri.
Dalam hidup, semua orang butuh rekan. Bahkan bagi mereka—yang sangat egois
sekali pun, rekan adalah pilar terpenting dalam mencapai keberhasilan. Rekan
terbaik bukan mereka yang memiliki bakat, juga bukan mereka yang memiliki
penampilan memikat. Rekan terbaik adalah mereka yang mampu menyokong kita dari
belakang—melimpahkan pacuan semangat setiap hari, tanpa mengharapkan timbal
balik.
Bagi saya pribadi, rekan terbaik adalah seorang istri.
Saya belum menikah, tentu saja, saya telah
menyebutkannya di awal. Tapi, apakah sebuah kesan harus terbentuk setelah kita
masuk ke dalamnya? Jelas tidak!
Contoh sederhananya adalah traveller, mereka percaya bahwa Moskow adalah kota terindah di
Eropa. Ketika ditanya kedatangannya ke sana, mereka akan menjawab, “Kita belum pernah ke Moskow. Tapi perkara
indah, kita semua tau dari pengalaman mereka yang pernah dateng ke sana.”
Baik, saya ulangi. Saya belum menikah, namun cukup
sering mendengar pengalaman menarik dari orang dekat tentang indahnya
pernikahan.
…..
Selama hidup, apakah kamu pernah membayangkan satu hal
hebat meski hanya tersimpan di dalam kepala? Kalau pernah, koneksi kita mungkin
senada. Karena saya sering melakukan itu setiap harinya.
Termasuk saat ini.
Dalam tulisan ini, saya akan menumpahkan beberapa
bayangan indah tentang pernikahan. Saya tau, konsepsi kebahagiaan tiap orang
tidak sama. Tapi soal percintaan, semua kebahagiaan bersifat universal. Nggak
percaya? Ini adalah poin-poin sederhana yang menjelaskan betapa indahnya sebuah
pernikahan. Here they are..
KAMU MEMILIKI KOKI YANG RELA DIPELUK KAPAN PUN
Bagi saya, nggak ada makanan yang lebih enak dari
masakan buatan ibu. Mungkin persepsi itu cuma berlaku di kalangan para remaja.
Karena, pernahkah kamu membayangkan
bagaimana perasaanmu ketika pagi tiba dan matamu baru terbuka, seisi
meja makan sudah penuh dengan bermacam-macam hidangan? Kemudian kamu bertanya
kepada pasanganmu tentang hal ini, dan dia akan menjawab: “Aku bangun sebelum
subuh. Sengaja, biar kamu nggak bisa liat aku masak.”
Lantas keesokan harinya kamu bangun lebih awal,
berharap dapat melihat pasanganmu sibuk di dapur. Ketika kamu berhasil
melakukannya, kamu akan mendapat jawaban mengapa dia tidak ingin kau
melihatnya. Semua itu karena rasa malu, pasanganmu selalu berantakan ketika
sibuk memasak. Perlengkapan masaknya menumpuk dan berserak di mana-mana.
Wajahnya juga tampak bingung memilah bumbu dan bahan yang akan dimasukkan.
Tapi, di tengah sibuknya dia, kamu masih bisa membantunya. Dengan cara yang
sederhana. Datangi dia, lalu bisikkan.
“Sayang, boleh
aku peluk kamu dari belakang..
...
atau fungsikan tanganku sebagai alat untuk memotong bahan masakanmu..
…
dan kita bisa melakukan formasi hebat ini sepanjang hari…
…
lupakan soal rasa…
…
karena aku mencintai kokinya, bukan masakannya.”
KAMU MEMILIKI CERMIN UNTUK MEMANTULKAN KARAKTERMU
Saya sudah mengikuti test MBTI secara offline maupun
online, dan hasilnya tetap sama; INTJ. Mungkin bagi sebagian wanita, INTJ
adalah sosok yang tidak menyenangkan, karena lebih sering menghabiskan waktunya
seorang diri. Tapi, bagaimana jadinya jika seorang INTJ—atau kepribadian
introvert lainnya—harus bertemu dan menikah dengan sosok ekstrovert?
Menurut saya, hasilnya akan menyenangkan. Banyak
sekali perbedaan yang bisa dileburkan menjadi satu. Pengalaman ini pernah saya
renungkan dari kisah teman saya. Kebetulan, dia adalah seorang introvert yang
gemar menulis. Sedangkan pacarnya adalah seorang ekstrovert yang senang tampil
dan bicara di tengah publik. Sampe pada suatu waktu, pacarnya tampil di acara
pementasan drama. Dan, teman saya, yang introvert tadi, dipercaya sebagai
penulis naskahnya. Menyenangkan sekali, bukan?
……
Well, kamu memiliki cermin untuk memantulkan karaktermu.
Kenapa?
Karena ada beberapa orang yang memiliki keunikan namun
bersembunyi di balik rasa malunya, dengan alasan: takut jika orang lain tidak
menyukai keunikannya tadi.
Sebagai contoh: kamu mendalami bahasa Rusia, tapi
karena bahasa itu terlalu asing, akhirnya kamu pendem seorang diri.
Beda ceritanya kalau kamu punya istri/suami yang
menggeluti bidang serupa. Pasti hari-harimu lebih berwarna. Tapi, kamu jangan
takut kalau pasanganmu mendalami hal lain. Setidaknya, dengan melihatmu
menekuni suatu hal dengan sungguh-sungguh, inshaa
Allah, dia bakal ikut lompat ke dalamnya.
Bukankah menyatukan hobi dengan pasangan adalah proses
menuju peleburan?
KAMU MEMILIKI GAUNGAN SUARA
Setiap orang pernah berbicara, setiap orang pernah
bertutur, setiap orang pernah bercerita. Tapi, sebagian dari mereka tidak
melakukannya dengan baik.
Khusus untuk seorang wanita, mereka adalah sosok yang
gemar bercerita dan berharap didengarkan dengan sungguh-sungguh. Lelaki yang
baik akan menampung semua ceritanya, lalu memberi balasan berupa jawaban atau
ekspresi wajah.
Wanita sangat membenci lelaki yang kurang mampu
mengendalikan suasana—pria yang topik pembicaraannya hanya sebatas tanggapan.
Wanita: “…….
Jadi begitu ceritanya. Menurutmu, gimana?”
Lelaki: “Bagus.
Uhm, yah, bagus.”
Pembicaraan kayak gini, sebaiknya kamu hindari. Karena
berpotensi menimbulkan efek bosan di benak wanita.
Beda ceritanya kalau kamu berhadapan dengan lawan
bicara yang cenderung komunikatif.
Wanita: “…….
Jadi begitu ceritanya. Menurutmu, gimana?”
Lelaki: “Wah,
cerita kamu menarik. Kalau boleh aku tebak, setelah peristiwa itu, kamu pasti
ngerasain hal-hal baru. Ya, kan?”
Wanita: “Ih,
bener banget. Kamu tau dari mana?”
Lelaki: “Dari ekspresimu,
dari gerak-gerik tanganmu, dan, yah, dari caramu bertutur.”
Pembicaraan seperti ini akan terus bercabang, dan
diakhiri dengan senyuman dari masing-masing pelakunya.
.….
Kamu nggak mau kan, kalau ceritamu hanya didengar
seorang diri? Kamu pasti butuh sosok yang sanggup mendengar ceritamu dan
menukarnya dengan cerita baru.
Ketika kamu menikah dengan sosok yang memiliki
komunikasi baik, semua keluh kesahmu akan memiliki wadah. Maka dari itu,
pilihlah wadah terbaik guna menampung cerita terbaik.
KAMU MEMILIKI
KRITIKUS MUSIK
“Aku
suka Kpop, sedangkan kamu suka BritPop. Nggak cocok.” kata wanita penggemar musik Korea.
“Nggak
masalah,” jawab suaminya. “Justru karena kamu, belakangan ini aku
lebih sering denger lagu-lagunya EXO.”
“Menurutmu
gimana?”
“Tentang
EXO?”
“Iya.”
“Menurutku
warna musik mereka bagus,” kata suaminya.
“Aku suka lagu Call Me Baby. Setelah
diartikan, ternyata liriknya bagus.”
“Boleh
minjem handphone-mu nggak?”
“Buat
apa?”
“Aku
mau denger lagu-lagunya Blur, Radiohead, dan BritPop lainnya. Boleh?”
“Dengan
senang hati, sayang.”
.….
Percakapan singkat di atas adalah contoh sederhana
bagaimana seorang istri/suami bisa difungsikan sebagai kritikus musik. Saya
nggak pernah bilang, kalau selera musik seseorang harus tinggi. Tapi, dengan
selera musik yang baik, peluang kita untuk melakukan diskusi akan lebih seru
dan menyenangkan.
Pernah nggak kamu bayangin, gimana jadinya kalau kamu
dan pasanganmu punya selera musik yang sama? Berdua, sama-sama, pergi ke konser
besar. Kalian bersenandung sekeras mungkin, mengenang masa pacaran dulu, dan
tenggelam dalam intensitasnya.
Well,
it only takes one song to bring back all the memories and ruin your day.
KAMU MEMILIKI ALASAN UNTUK TERJAGA LEBIH LAMA
“Sayang,
kamu belum tidur?” tanya sang suami
yang baru masuk kamar. “Udah tengah malem
lho.”
“Belum,”
jawabnya, kemudian kembali memalingkan matanya ke arah
novel yang sedang ia baca. “Kamu sini
deh, yang.”
”Apa?”
“Baca
deh,” dia menunjuk beberapa kalimat
di dalem novel. “Menurutmu, bab
berikutnya bagaimana? Yah, aku tau, aku bisa lanjut ke halaman selanjutnya.
Tapi aku mau nebak bareng kamu. Coba deh, kamu baca pelan-pelan.”
Novel itu sekarang ada di genggaman sang suami.
Kemudian, setelah beberapa menit, dia memberikan tanggapan. “Menurutku, selanjutnya tokoh utamanya pergi
ke dunia lain—maksudku, ke dimensi lain. Jadi, dengan cara itu, musuhnya bakal
keilangan jejak dan—“
“Kamu
jenius!” dia memotong ucapan suaminya
dengan kecupan di pipi, kemudian membuka halaman selanjutnya. “Sayang?”
“Ya?”
“Tebakanmu
tepat.”
Sang suami cengengesan di sampingnya, kemudian
bertanya, “Terus?”
“Terus
kita tidur,” jawabnya. “Aku ngantuk. Kamu juga, kan?”
.….
Diskusi kecil kayak gini bakal kamu dapet ketika
menikah nanti. Dan lewat diskusi kayak gini, malam harimu bakal lebih panjang.
Bukan cuma ngebahas buku, kamu juga bisa bahas tentang musik, film, kegiatanmu
di pagi hari, dan beberapa khayalan yang nggak bisa kamu ceritain ke orang
lain.
Padahal, masih banyak hal menyenangkan lainnya yang
bisa kamu dapet setelah menikah. Tapi saya pikir, beberapa poin yang saya
jabarkan tadi sudah mewakili printilan-printilan kecil lainnya. Jadi, kalau
punya tambahan atau cerita, silahkan kamu tulis di kotak komentar, ya.
Terima kasih dan….
…. AYO NIKAH!
Udah dewasa bahasannya tentang nikah yah. :)))
BalasHapusAlhamdulillah saya sudah menikah... :D
BalasHapusHan, aku mau nikah. tapi jodohku belum ketemu. gimana dong? :((
BalasHapus