Setiap
hari, kalo mau berangkat kuliah, gue selalu milih kereta api sebagai
transportasi menuju kampus. Kalo elo nanya ‘enak’ atau ‘nggak’, so pasti gue
bakal jawab dua-duanya. Ada enaknya, ada enggaknya.
Enaknya,
disamping harga tiket yang relatif murah, naik kereta juga lebih aman dibanding
kendaraan umum lain. Ya meski begitu, elo jangan terlalu santai juga, jaga-jaga
tetep perlu. Misalnya, pindahin tas atau plastik bawaan ke bagian depan tubuh.
Biar aman dari pencopet. Gitu.
Nah,
kalo nggak enaknya, banyak. Misalnya, empet-empetan atau desek-desekan. Kalo
desek-desekannya sama Dian Sastro sih nggak apa-apa. Lah ini, desek-desekannya
sama bapak-bapak kantoran yang depresi karena gajinya selalu dipotong tiap
tahun. Coba, gue pernah satu kereta sama bapak-bapak yang usianya (mungkin) sudah
menyentuh 55 tahun. Waktu itu kita ada di Stasiun Kranji, Bekasi Barat. Awalnya
sih asik-asik aja, kereta jalannya juga santai. Sampai ketika kereta berhenti
di Stasiun Cakung, penumpang mulai nambah. Gerbong kereta jadi kayak diskotik
Jakarta Pusat. Rame banget. Asli. Nggak berapa lama, pintu otomatis kereta
tertutup dengan rapat. Kereta berjalan dengan normal. Dan pada saat itu, posisi
gue sama bapak-bapak tadi pun mulai berhadapan. Kita berdua tampak mesra. Namum
masih memiliki jarak satu sama lain.
Stasiun
Buaran. Di sini, para penumpang makin gila-gilaan, mereka tetep maksa masuk,
meskipun space di gerbong kereta udah
nggak memungkinkan. Mereka saling berteriak riuh, “WOY, AWAS. KASIH JALAN WOY!
ISTRI GUE HAMIL!!” Dan demi apapun, yang teriak kayak gitu ternyata seorang
anak yang masih pake seragam putih biru. Ini anak nggak jago nyepik, ato
gimana? Heran. Eh, ya. Akhirnya kereta jalan lagi. Dan elo tau apa? Posisi gue
sama bapak-bapak tadi udah saling bersentuhan. Kita berhadapan satu sama lain.
Perut kita saling menempel, keringet kita saling menetes, dan yang lebih
gokilnya lagi adalah…. kening kita saling bersentuhan! KIAMAAAAAT!
“Pak,
maaf, aduh.. ini kok nempel banget, ya?” kata gue, sambil berdesah gelisah.
“Duh,
dek. Abis gimana.. udah lah, nikmatin aja!” jawab bapak-bapak barusan, yang
entah apa maksudnya.
“N-nikmatin?”
“Iya,
nikmatin. Kamu turun di Stasiun Manggarai, kan?”
“Iya,
kenapa emangnya, pak?”
“Ya
nggak apa-apa, soalnya kan….”
Belum
selesai bapak-bapak itu bicara, mendadak keretanya berhenti secara mendadak.
Seluruh penumpang kaget dibuatnya. SLUUUUURRT!! PHESSSHH……………… GEDEBUGH!!!
Bapak-bapak
itu tubuhnya terpelanting ke depan. Gue yang tepat berada di hadapannya, jelas
menjadi korban, “Mmmmmppphhhhh….” Bibir
bapak-bapak itu sukses mendarat di pipi gue!
“Astaga!
Kenapa bapak nyium pipi saya?”
“Sorry,
nggak sengaja, dek!”
“Ya
kalo nggak sengaja, kenapa malah senyam-senyum gitu?!”
“Inget
anak.”
“Apaan?
Inget anak?”
“Iya..”
Percakapan
mulai aneh. Gue ngeri juga. Akhirnya terpaksa pindah ke gerbong sebelah.
Begitulah naik kereta. Di dalamnya kita dapat menjumpai berbagai macam jenis
manusia. Ada pria kantoran, yang ketika di kereta, dia berpakaian dengan rapi,
sambil menggenggam gadgetnya yang se-gede aquarium. Ada mahasiswa, yang hobi
pake stelan oblong yang di-mix and match sama celana chino dan sepatu New
Balance, lengkap dengan headset yang menggantung di kupingnya. Ada juga pria
penjelajah stasiun yang hobi duduk selonjor di sudut gerbong, sambil mukanya
ditutup pake topi lusuh. Wah, banyak deh. Semacem miniatur kehidupan gitu!
Hehehe..
Commuter line. |
Oh,
ya. Karena sekarang ini gue udah resmi menyandang predikat ANKER (Anak Kereta),
jadinya gue mau berbagi ke kalian nih, tentang hal apa aja yang sering gue
temuin di dalem kereta. Oke, here they are..
1. Mau mati karena kekurangan oksigen
Seperti
yang gue singgung di awal, naik kereta api di Jakarta itu nyiksa banget. Nggak
cuma desek-desekan, elo juga bakal ngerasain yang namanya ngap-ngapan, atau
kekurangan oksigen. Khususnya kalo elo naik kereta jurusan kota, tepat ketika
jam kerja.
Kayak
kemarin sore, ada ibu-ibu yang masuk gerbong umum dalam keadaan sesak. Selama
di dalem gerbong, ibu-ibu itu teriak, “Kasih saya duduk! Kasih saya duduk! Saya
penyandang cacat!” padahal pas gue liat, normal-normal aja. Nggak ada yang
cacat. Kecuali gaya pakaiannya. Ibu-ibu itu keliatan cacat dengan stelan hijab
yang dipadu dengan kaos oblong se-siku dan bertulisan: ‘Pacar Hilang, Mantan
Menghadang’. Gaul abis.
Gak
cuma ibu-ibu aja yang suka rempong, kadang anak muda juga suka ngeselin. Kasus
ini pernah gue alamin beberapa hari yang lalu. Jadi begini, waktu itu kan
kereta lagi berhenti di St. Jatinegara, terus keadaan gerbong kereta emang lagi
penuh-penuhnya. Nggak berapa lama ada anak SMA yang masuk. Dia menggunakan
jurus sepak-bokong no-jutsu buat masuk ke dalam gerbong kereta, dengan cara
‘memunggungi’ penumpang lain yang ada di depan pintu otomatis. Dan kebetulan
pada saat itu, gue lagi ada di depan pintu otomatis. Nah, gue kesel, kan?
Langsung aja gue tegor..
“Dek,
turun dulu, udah nggak muat!”
“Oh..”
“Kok
malah oh, sih? Kan saya bilang, keretanya udah nggak muat, kasian ibu-ibu di
belakang sana!”
“Oh..”
“Oh, oh,
oh, mulu! Ada jawaban lain nggak sih,
selain oh?”
“Kakak
tadi ngomong apa? Coba ulangin..”
“Gini..
Dek, gerbong kereta udah nggak muat. Jadi kamu turun aja ya. Tunggu kereta
selanjutnya. Oke?”
“Oh…”
“JAHANAAAAAAAAAAM!!!”
SLUUUUURK!
Akhirnya pintu otomatis itu tertutup dengan rapat. Anak SMA laknat barusan cuma
senyum-senyum kecut ke arah gue, “Kak, keretanya sempit banget. Kenapa tadi kakak
nggak nyuruh aku turun aja?”
Dengan
perasaan gondok gue jawab, “BUSET! TADI GUE UDAH NYURUH!”
“Yah..”
“Kok
yah? Yah kenapa?”
“Yah,
udah telat, kak!”
“……………………”
Gue mengkel, sedang
anak laknat itu buru-buru masang headset.
Kemudian dengan santai dia bersenandung pelan, “That’s what you get when you let your heart win, wo~oo~wo-oooo~ooo~”
Oh, iya. Ada dua opsi nih, buat kalian yang mau ngehindarin
desek-desekan di dalem kereta. Pertama, dateng ke stasiun sedikit lebih pagi.
Kedua, duduk di gerbong paling depan. Sorry, yang gue maksud itu bukan di
tempat masinis, tapi bener-bener di bagian paling depan. (baca: di kepala
kereta).
2. Suka ada percakapan yang nggak normal.
“Wah,
ekonomi Indonesia bener-bener lagi kacau. Carut-marut. Semua ini pasti
gara-gara Raffi Ahmad yang nikah sama Nagita Slavina!”
“Denger-denger
ada anak kecil di Indramayu yang masuk penjara ya? Gara-gara ngamen di masjid
pas lagi sholat Jum’at. Beneran?”
“Wah,
udah tiga hari ini saya selalu ketinggalan kereta. Besok-besok saya mau bales
dendam, ah. Dateng lebih pagi. Biar bisa lari ngeduluin kereta. Hih, rasain
tuh, masinis sialan!”
“Harga
iPhone 6 mahal banget sih? Ah, tapi keren. Tapi mahal. Eh, tapi keren. Tapi mahal.
Eh, eh, gimana nih? Apa gue jual ginjal aja, ya?”
Dan
tentunya masih banyak lagi pembicaraan tak beraturan yang sering terjadi di
dalam kereta.
Mungkin
semua ini yang menyebabkan penumpang kereta lebih memilih menggunakan headset dan mendengarkan lagu, ketimbang
harus membaca buku yang mereka bawa dari rumah. Karena mau se-khidmat apapun
mereka membaca, akhirnya bakal blank juga,
kalo keadaan di dalam kereta api terus gaduh dan bising seperti yang
dicontohkan tadi.
By the way, Sebenernya
mengakrabkan diri di dalem kereta itu nggak susah-susah amat kok. Misal ada
orang yang nyeletuk, “Timnas U-19 kalah
mulu!” Nah, elo timpalin aja omongan orang itu, “Iya, nih! Evan Dimas gak se-lincah dulu. Besok-besok kalo mau main
bola, pake baju senam aja. Biar lebih gemulai. Pemain lawan pasti susah
ngerebut bolanya!” Gampang, kan? Kalo udah kayak gitu, percakapan kalian
bakal menjalar kemana-mana. Yang tadinya ngomongin permainannya si Evan Dimas,
lama-lama melenceng ke kisah asmaranya, ke kehidupan sekolahnya, ke makanan
favorite-nya, dan masih banyak lagi. percakapan ini lebih efektif dilakukan
oleh bapak-bapak, karena jika dilakukan oleh anak ABG, mereka bakal ngelak, “Siapa sih lo? Nyamber-nyamber aja! Sok kenal
sok deket deh!”
3. Banyak cewek rempong
Cewek
rempong bisa kita temuin di hampir semua tempat. Apalagi tempat umum seperti
stasiun kereta api. Ini sebenernya yang bikin keadaan kereta jadi rame.
Biasanya cewek-cewek rempong itu pada gak terima kalo tubuhnya ditempel-tempel
sama cowok yang ada disana. Pelecehan seksual katanya. Padahal kan pihak PT.
KAI udah nyiapin dua gerbong khusus untuk cewek-cewek yang mau duduk santai
tanpa di’esek-esek’ ama cowok. Ya, kan?
“Eh,
mas! Apa-apaan sih? jangan nyari kesempatan deh. Saya tau kereta lagi rame,
tapi tangannya gak usah kemana-mana dong!”
Atau..
“Duh,
mas. Saya ini penumpang paling cantik. Saya nggak rela aja kalo badan saya yang
seksi macem Paula Abdul ini harus kesentuh sama tangan-tangan belang macem
anda. Jijik soalnya...”
Kalo
udah kayak gitu, pura-pura aja nggak tau. Atau bilang ke mbak-mbaknya, “MBAK,
KALO MAU DAPET TEMPAT YANG LEGA, MENDING DI DEPAN AJA. MINTA PANGKU SAMA
MASINIS!”
Kelar,
kan?
4. Penyalahgunaan Kursi Prioritas.
Mungkin
cuma di negara kita aja ya, yang memakai kata ‘prioritas’ di dalam kursi
penumpang kendaraan umum. Di tiap-tiap gerbong kereta, tertera bacaan kalo
kursi hanya boleh diduduki oleh: penyandang cacat, lansia, dan ibu hamil.
Mulai
saat itu, gue sempet mikir, “Kapan-kapan gue mau tiduran di atas rel, ah. Biar
kakinya kelindes kereta. Kan nanti cacat tuh, jadinya setiap hari bisa duduk di kursi prioritas deh!
Cihuuuuuy!”
Hihihi..
Sebenernya
nggak ada masalah sih, sama peraturan yang dibuat sama PT. KAI. Yang jadi
masalah cuma satu. Soal ketidak sadaran para penumpang kereta itu sendiri.
Jadi
gini lho, kursi prioritas yang gue sebutin tadi lebih sering dipakai sama anak
muda. Bangsanya mahasiswa atau mahasiswi yang sama sekali nggak punya masalah sama
kondisi tubuhnya. Mereka asik duduk santai, berbincang sambil ngotak-ngatik gadget-nya, sedangkan tepat di
hadapannya, ada ibu-ibu tua yang seharusnya lebih layak buat duduk di kursi
prioritas tersebut. Atau bahkan ada ibu-ibu hamil yang sedari tadi bersandar di
tiang penyangga gerbong, demi menahan kandungannya yang cukup berat. Duh, miris
banget ya? Nggak ada keadilannya.
Kayaknya
segitu aja deh, hal-hal yang bisa kalian dapet, kalo lagi ada di dalem gerbong
kereta. Unik ya? Hihi.. tapi disamping semua itu, PT. KAI masih harus
ngebenahin beberapa sarana yang mereka punya. Seperti stasiun, gerbong kereta,
ato jadwal keberangkatan kereta itu sendiri. Tapi sejauh ini, mereka udah
ngasih yang terbaik kok buat kita, mungkin di tahun 2015, semua harapan
penumpang kereta api bisa cepat terealisasikan. Amin.
Hehehe..
So,
sampai sini aja ya tulisan gue. Buat yang punya opini lain soal kereta api,
bisa di-share di comment box. Siapa tau opini kalian dibaca sama Pak Ignasius Jonan.
Hihihi..
By the way..
MAJU
TERUS, TRANSPORTASI INDONESIA!!
Anker kak? :DD
BalasHapusMaju terus transportasi indonesia...
BalasHapusWah,saya malah gak pernah naik kereta. soalnya di sulsel gak ada. tapi kalo melihat kondisi kereta di indonesia seperti itu gak apa apa gak ada di mks. hehe.
BalasHapusuntung tiap naik kereta tiap sepi -_-
BalasHapusgue belum pernah naik KA sekalipun. --' jadinya gatau seru apa ngga nya :D
BalasHapussalah satu life goals itu, naik kereta api! Alhamdulillah di Sulawesi sudah ada pengerjaan kereta api, yuhuuu
BalasHapus