“Kamu pacaran sama perokok, ya?” tanya seorang pria, singkat.
“Iya! Emang ada yang salah dari seorang
perokok?”
“Tentu ada!” ujar pria tadi, “Lagian
emang kamu nggak keganggu kalo deket sama dia? Pembicaraan kalian akan diwarnai
oleh asap yang mengepul dengan ganas!”
“Gak peduli!” jawabnya ketus, “Percaya,
deh. Kalo dia emang sayang sama aku, dia bakalan berhenti ngerokok, kok!”
“Nggak mungkin! Berhenti ngerokok kan
sus….”
Belum selesai pria itu berbicara, si
wanita langsung memotongnya dengan cepat, “Apa? Berhenti ngerokok itu susah?
Nggak, tuh! Aku yakin sama kekuatan cinta. Masa iya, cinta dia ke aku bisa
kalah sama hobi ngerokok-nya! Udah, deh. Kamu peduli amat! Lagian yang pacaran
kan aku, bukan kamu. Ya suka-suka aku, dooong..”
“Iya, deh. Terserah kamu. Selamat menuju
kematian bersama kekasih, ya! Bye!” pria itu ngeloyor pergi, disertai oleh
cekikikan yang sedikit tertahan.
***
Udah tiga kali gue terlibat dalam
pembicaraan seperti itu, dan udah tiga kali juga gue gagal, karena nasihat gue
terhempas jauh oleh kilahan-kilahan mereka yang hebat.
Tapi gue bisa apa? Karena pada dasarnya,
merokok adalah hal yang wajar bagi seorang pria, khususnya di Negara kita,
Indonesia. Malahan, menurut riset,
jumlah perokok Indonesia sudah meningkat hampir tiga kali lipat sejak tahun
1980. Wah, mungkin karena jumlah penduduk Indonesia yang saban hari semakin
bertambah kali, ya? Duh!
Pernah denger, gak, kalo ternyata jumlah
perokok di Indonesia itu terbanyak ke-2 di Dunia? Belum, ya? Jadi gini, hasil
pengamatan ini dihitung melalui persentase, bukan jumlah perokok menyeluruh.
Kalo menurut jumlah perokok menyeluruh, Indonesia ada di posisi pertama. Gitu.
Berbanding terbalik dengan penghitungan melalui persentase, jumlah perokok
terbanyak di Dunia itu ada di Timor Leste, dengan 61% dari jumlah penduduknya,
disusul oleh Indonesia ditempat kedua, dengan 58% dari jumlah penduduknya. Keren,
gak? Bangga, gak? Salut, gak? Kalo iya, bikin acara syukuran, dong. Kapan lagi
Indonesia bisa merajai Dunia? Uh, dalam bidang rokok tapi.
Oh, iya, menurut angka-angka terbaru
dari studi Global Burden of Disease (GBD) yang dikoordinasikan bersama IHME. Di
Indonesia, ternyata penggunaan tembakau menyebabkan hampir 200.000 kematian.
Estimasi ini belum termasuk dengan berbagai penyakit yang menyerang perokok
pasif, lho! Gitu. Wah, ternyata tembakau jauh lebih serem ketimbang bokap calon
gebetan, ya. Hihihihi..
***
Pada umumnya, rokok lebih banyak dihisap
oleh kalangan remaja, makanya jangan heran kalo ngeliat remaja jaman sekarang
keliatan lemes banget; langkahnya gontai, matanya sayup-sayup berair, bibirnya
pucat-pasi, dan badannya terlihat penuh beban.
Tapi kalo kita bicara soal remaja, pasti
kita selalu meng-identikannya dengan dunia asmara. Nah, pertanyaan gue adalah:
pernah, gak, kalian ngeliat remaja yang sedang memadu kasih di sebuah kendaraan
bermotor, lalu di sela-sela jari telunjuk & jari tengah si pria dihiasi
oleh sebatang rokok? Pernah, kan? Pernah, kan? Pernah, kan? Weeeellll, ayok kita bahas!
Uhuk! Jadi gini, setiap hari, gue selalu
ngerasain yang namanya ‘kejebak lampu merah’. Nah, kalian tau, kan, gimana
rasanya kejebak di lampu merah? Bete pastinya. Makanya banyak orang yang mencoba
membunuh waktu, caranya beda-beda, lho.. ada yang mainan handphone, ada yang
benerin jam tangan, ada yang main catur, ada yang main Nintendo Wii, ada yang
senam kesehatan-jasmani, ada yang main futsal. Eh, eh, kok lebay gini, ya? Uhm,
jadi gitu, deh. Dan pastinya, ada beberapa sepasang kekasih yang wajahnya
terlihat murung, bete, sebel, lantaran lampu merah yang nggak kunjung berubah
jadi hijau. Hiks! Nah, nah, biasanya momen kayak gini, nih, yang salah. Gue
sering mendapati si pria yang terlihat jenuh, kemudian memasukkan tangannya ke
kantung dan mengambil sebatang rokok, lalu membakarnya, tanpa memikirkan
kekasihnya yang sedang duduk di belakang. Endingnya, kekasih si pria barusan
cuma bisa cemberut, nutup idung pake tangan, dan berakhir pada batuk-batuk
penuh sesak. Eh, tapi ada juga, lho, cewek yang bego, bukannya nutup idung, eh,
dia malah kesenengan, senyum-senyum riang, sambil bergumam: “Ih, sayangku suka
banget ngerokok, yah? Hihihihi, nanti uangnya habis, lho. Mendingan uangnya
ditabung, buat modal kita nikah.”
SATE
PADANG! Bukannya ngomel, dia malah seneng. Mati aje, lo! Mati!
Bukan cuma itu, ada satu momen yang
lebih parah lagi, ketika sepasang kekasih sedang makan bersama, lalu saat usai
menyantap makanan, si pria akan memasang wajah gelisah, lalu berkata lirih pada
pasangannya, “Sayang, aku mau ngerokok dulu, ya. Barusan, kan, abis makan. Kalo
nggak ngerokok, mulutnya asem.” Nah, biasanya saat momen-momen seperti ini, si
cewek akan mengambil sikap santai, mengizinkan pasangannya merokok, dan dia
akan menyibukkan diri dengan cara: menyisir rambut, membuka jejaring sosial,
atau aktifitas lain yang menyita cukup banyak waktu. Terus si cowok? Ya, masih
sibuk ngerokok, satu batang, dua batang, tiga batang, terus akhirnya mati di
tempat, deh. Hehehehe…
***
Sekarang kita bahas zat berbahaya pada
rokok, ya. Biar kalian tau, betapa mematikannya benda yang satu ini. Bukan
bermaksud nakut-nakutin, tapi sekedar memaparkan kebenaran aja. Siapa tau
setelah baca ini, kalian jadi takut sama rokok. Kan keren, tuh! Ya, gak? Iya,
dong!
Nah, biasanya perokok itu hanya berfikir
pendek, mereka beranggapan jika aktifitas merokok adalah hal yang wajar, karena
mereka selalu berasumsi jika asap rokok, sama saja dengan asap-asap yang lain.
Padahal kenyataannya? Wah, tentu salah! Semua asap memang berbahaya, tapi
kandungan asap pada rokok adalah kandungan paling mematikan di dunia. Nggak
percaya? Nih, beberapa kandungan yang ada pada rokok:
Kumarin
Kumarin
merupakan bahan tambahan pada makanan yang kini telah dilarang berdasarkan standar
dunia, tapi zat adiktif organik ini masih digunakan secara luas dalam rokok.
Timbal
Gue
nggak begitu paham soal timbal, tapi menurut artikel yang gue baca di internet,
sih, katanya peningkatan kadar timbal dalam darah itu dapat menyebabkan
kematian secara ekstrim. Lho, kok, kematian secara ekstrim? Gak tau juga, deh.
Mungkin mati-nya dalam posisi khayang kali. Hehehe. Oh, iya. Timbal juga
dikenal sebagai karsinogen, lhooo. Tau karsinogen, gak? Nggak tau? Sama!
Makanya Googling, dong!
Hidrogen Sianida
Sianida
adalah racun tercepat di Dunia, nah, kalo dikombinasikan sama hydrogen, senyawa
kimia ini dapat merusak silia pada saluran bronchial dan paru-paru. Padahal,
fungsi rambut halus seperti silia biasanya dapat membantu untuk menyeret keluar
racun dalam udara yang dihirup, lho. Berarti kalo silia kalian udah rusak,
gimana? Tubuh kalian isinya racun doang, dong? Hiiiiiiiii…..
Kromium
Kromium
merupakan logam yang jelas-jelas menyebabkan kanker, terus yang lebih buruknya
lagi, kromium ini ternyata menempel pada DNA, dan menyebabkan kerusakan pada
organ dalam tubuh.
Naftalena
Tau
naftalena, gak? Naftalena itu bahan kapur barus. Yang dipakai untuk menjauhkan
serangga maupun tikus di lemari pakaian, kamar mandi, atau ruang-ruang lain
yang berpotensi besar untuk didatangi oleh serangga & tikus barusan. Nah,
bayangin, bagaimana nasib para perokok yang menghirup zat ini melalui mulutnya?
Wih, pasti syerem. Kenapa nggak langsung aja dimakan mentah-mentah tuh kapur
barus? Kan keren, kayak makan permen Mentos gitu..
Amonia
Amonia
adalah zat yang digunakan pada pembersih toilet, zat kimia berbau busuk ini
dapat membuat kepala pusing, namun membuat aktifitas merokok menjadi lebih
adiktif. Gitu.
Karbon Monoksida
Sekita
5% dari asap rokok adalah karbon monoksida. Gas beracun ini menempel pada sel
darah merah dan mengurangi daya dukung oksigen darah. Imbasnya, paru-paru jadi
rusak, dan berpotensi terkena penyakit koroner.
Kadmium
Gak
begitu tau kadmium, tapi setau gue, sih, zat ini dapat menyebabkan kerusakan
pada ginjal.
Tar
Nah,
ini zat yang paling serem, lho.. jadi gini, tar bersifat karsinogenik, muncul
saat rokok sudah dibakar, dan setau gue, sih, zat ini paling banyak menyumbang
penyakit, antara lain: kanker, penyakit jantung, impotensi, penyakit darah,
enfisema, bronchitis kronik, gangguan kehamilan, dan yang terakhir, jomblo
berkepanjangan~
Nikotin
Kalo
kalian kenal sama rokok, pasti kalian juga kenal, kan, sama nikotin? Ya, dua
benda ini memang sangat berkaitan. Tiap denger kata ‘nikotin’, pasti otak kita
akan tertuju pada rokok. Gitu.
Well,
nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0,5 - 3 ng, sehingga di
dalam cairan darah atau plasma antara 40 - 50 ng/ml. So, Nikotin bukan
merupakan komponen karsiogenik. Hasil pembusukan panas dari nikotin seperti
dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosamine-lah yang bersifat karsiogenik.
Pada paru-paru, nikotin dapat menghambat aktifitas silia. Seperti halnya heroin
dan kokain, nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif.
Perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan, dan keterikatan fisik. Nah, hal
itu yang menyebabkan mengapa sekali merokok, susah untuh berhentinya.
Bukan
cuma itu aja, nikotin juga dapat menyebabkan perangsangan terhadap hormon
kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jadi,
jantung nggak dikasih kesempatan untuk istirahat, dan tekanan darah akan
semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi. Eh tapi, denger-denger,
katanya nikotin ini dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, lho!
Hiiiiiii…..
Nah, barusan adalah beberapa contoh
kandungan zat pada satu batang rokok. Inget, itu baru beberapa doang, lho.
Soalnya, menurut WHO, dalam satu batang rokok itu terdapat 4.000 kandungan zat,
yang 200 diantarnya ternyata masuk ke dalam kategori zat beracun. Gitu..
***
So, kira-kira, perokok bakal jera, gak,
setelah baca tulisan di atas? Kalo kalian jawab iya, berarti jawaban kalian jelas salah. Soalnya, mereka akan
menemukan alasan-alasan baru untuk menutupi aktifitas buruknya itu. Ya inilah,
Ya itulah. Semua anggapan orang selalu dianggap salah. Padahal, kan, udah
jelas. Yang salah itu, ya, perokok. Wong asepnya ngerusak udara yang kita
hirup, kok. Hih!
Peristiwa ini pernah gue alami beberapa bulan
yang lalu, jadi gini..
Waktu itu tepat tanggal 31 Desember
2013, gue lagi asik duduk di bawah pohon beringin, sembari melukis pemandangan
sekitar. Tanpa disengaja, gue ketemu sama temen deket gue, namanya Lutfi. Lutfi
adalah perokok aktif, yang bisa menghabiskan 2 bungkus rokok dalam sehari. Jadi
nggak heran, kalo bibirnya keliatan pucet banget, kayak abis dicium sama cewek-cewek
Maluku gitu. Hiiiiii…
Lutfi dateng mendekat, langkahnya
terlihat sangat yakin. Gue masih sibuk melamat-lamat penglihatan yang kurang
baik, “Itu Lutfi atau bukan, ya?” gue bergumam dalam hati.
“Eh, Han! Inget sama gue, gak?” tegor
Lutfi, dari kejauhan, “Ini gue, Lutfi. Temen lama lo. Yang dulu sering main PS bareng.”
“Oh, iya, iya. Gue inget. Lutfi yang
dulu naksir sama kakak kelas, kan? Yang ditolak di depan temen-temen, cuma
karena nggak bisa ngiket tali sepatu doang?”
“Idiiih, sialan! Iya, iya.. gapapa, deh,
elo ngeledekin gue, yang penting, kan, elo masih inget sama gue.” kata Lutfi.
Sambil melontarkan senyuman khasnya.
Kami berdua saling melempar senyuman satu
sama lain. dan disaat yang bersamaan, Lutfi mengambil satu batang rokok dari
dalam saku celana, lalu membakarnya menggunakan korek gas bermotif batik. Dan
saat-saat menyebalkan itupun hadir. Saat dimana asap rokok mulai menguasai
udara sekitar, dan suara batuk menjadi backsound
pembicaraan kami. “Uhuk! E-elo.. uhuk! ngerokok, Fi? Uhuk!”
“Iya, kenapa, Han?”
“Ya, gak apa-apa, sih. Cuma nanya aja.
Hehehe..”
Lutfi cekikikan. Sambil memainkan sebatang
rokok menggunakan jari telunjuknya, Lutfi kemudian melontarkan pertanyaan yang
sangat dahsyat, “Eh, lo ngerokok, kan?”
Gue terkesiap, lalu me-respon pertanyaan
Lutfi dengan canggung, “Eng-engga, Fi. Gue nggak pernah ngerokok. Emangnya
kenapa?”
“APA?! BELUM PERNAH NGEROKOK?!” Lutfi
terlonjak kaget, “Hari gini belum pernah ngerokok? Astaga-naga-dragon! Elo itu
cowok, Han. Bukan cewek. Jadi ayo dong, cobain satu atau dua batang aja. Dijamin, deh, elo bakal ketagihan! Lagian
juga rokok itu rasanya enak, kok. Beneran!”
“Oh, rokok itu rasanya enak, ya?”
“Iya, enak banget!”
“Enakan mana sama martabak?”
“Y-y-yaaaa, en-enakan martabak, sih..”
“Nah, yaudah!”
Gue nyelonong pergi. Niatnya, sih, pengen
ngehindarin percakapan soal rokok barusan. Yaa buat jaga-jaga aja, takutnya
nanti gue kegoda sama bujuk-rayu dia. Kan bahaya. “Eit! Tunggu dulu, mau pergi
kemana, Han?” gue mendelik kebelakang. Sialan, Lutfi narik tangan gue, dia
masih belum puas ternyata.
“Apa lagi, sih, Fi?” tanya gue, setengah
keki.
“Ayo, dong! Cobain, Han. Yaa barang satu
atau dua batang aja, kan, gak apa-apa. Tenang, nggak akan mati, kok!”
“Yaelaaaaah, elo belum nyerah juga?
Sekali nggak, ya, nggak!” gue membalasnya dengan ketus.
“Alaaaaaaa, jangan pura-pura gitu dong,
Han. Lagian, nih, ya.. mau ngapain elo nggak ngerokok? Mau jadi penjaga SPBU?”
“Kagak!” gue makin sebel, “Sekarang
gini, Fi. Gue pernah baca artikel soal rokok di internet, disitu dijelasin,
kalo para pendiri perusahaan rokok itu rata-rata bukan perokok aktif. Nah,
pertanyaan gue, emang elo nggak sebel apa? Beli produk berbahaya dari dia,
sedangkan dia-nya aja nggak make produknya sendiri? Hayooo, coba dipikir
lagi..”
“Aduh, Han.. Han.. liat aja tukang bakso,
emang pernah dia makan bakso buatannya sendiri? Nggak, kan?”
Gue tercekat. Lalu mengernyitkan dahi,
“Be-bener juga, ya, Fi..”
Lutfi kemudian tertawa penuh riang,
percakapan kami ditutup dengan pacarnya Lutfi yang udah sibuk ngajak Lutfi
pergi dari sini. Huh, untung aja. kalo nggak gitu, gue bisa ke-goda. Tapi
beneran, deh. Sampe sekarang gue masih bingung. Kenapa, ya, rata-rata perokok
itu punya alasan-alasan jitu buat ngehindarin nasehat orang lain? Udah gitu
alasan merekapun selalu masuk akal. Jadinya malah kitanya yang terperanjat.
Tiap adu argumen, selaluuuu kalah. Kan sebel.
***
Oh, iya. Lupa. Setelah kita bahas
bahan-bahan yang terkandung pada rokok, sekarang gue kasih liat beberapa bukti
kalo rokok itu bener-bener bahaya untuk tubuh. Nih, buktinya! Jangan muntah,
yaaa:
Kaki-nya gaul, ngebentuk 'metal' gitu. |
Nah, this
is the end of the post, buat kalian para perokok, atau yang kebetulan
kekasihnya itu perokok, gue minta maaf, ya, kalo tulisan ini agak nyindir.
Soalnya mau gimana lagi? rokok, kan, emang bahaya. Gue pernah baca artikel di
website luar negeri, katanya: butuh satu atau dua dekade, bagi perokok aktif
untuk berhenti merokok secara total. Hah?! DUA DEKADE?! Dua puluh tahun, dong?
Kalo umur kalian sekarang 20 tahun, itu tandanya, kalian bakal bener-bener
berhenti ngerokok di-usia 40 tahun. Wuiiiihh, susah juga, ya.
Coba, deh, isi waktu kalian dengan
hal-hal yang lebih menyenangkan ketimbang ‘merokok’. Tapi dalam batasan-batasan
positif, ya. Nah, siapa tau hobi ngerokok kalian bisa sedikit berkurang. Paling
nggak setengah dari biasanya, deh.
Kalo udah gitu, pasti kalian bakal
ninggalin rokok, demi aktifitas baru kalian. Sekarang tinggal bagaimana cara
kalian meng-ekspresikan kebencian masa lalu soal rokok. Kalo emang udah benci
banget. Itu tandanya kalian udah berhasil ngejauh dari jeratan benda bahaya
ini. Tapi inget! Semua itu butuh waktu, ya.
Percaya, deh. Semua orang tua itu pengen
supaya anaknya jauh dari rokok, kok. Sebenernya ada kekecewaan yang tersembunyi
di balik senyum mereka pas ngeliat anak kesayangannya udah mulai make benda
bahaya ini. Makanya rata-rata orang tua suka mencak-mencak dalem hati kalo liat
anaknya lagi asik sama rokok.
Soal asmara, kalian harus percaya.
Mereka, para kekasih perokok, sebenernya merasa jenuh saat melihat pasangannya
sedang sibuk dengan rokok-nya. Karena pada dasarnya, kekasih yang baik akan
mengingatkan pasangannya untuk menjauhi benda bahaya ini, apalagi sampai
dijadikan candu.
Gitu..
***
Sumber gambar dan beberapa referensi:
Health.detik.com
www.mpm-motor.co.id/wp-content/uploads/2013/06/3797169375_642efedfa2_z.jpg
Percakapan yang pertama bener bgt. betewe, tulisan lu asik, ngajak kita ngejauhin rokok tp dengan cara yg beda... keep writing ya.
BalasHapusLUCUUUUUKKK :D
BalasHapusItu tulisan zat-zat berbahayanya pasti ngambil dari suatu sumberkan? Kok ngga dicantumin di bawah ya? Kasihan loh pengarang/penulis aslinya. Hehe
BalasHapusWah, udah kok.
HapusIya baru ditambahin "beberapa referensi" tdinya kan cuma sumber gambar. Hehe
Hapusserem abissss
BalasHapusSetuju banget. Ngerokok lebih banyak ruginya daripada untungnya...
BalasHapuskeren banget tulisan lo bro. setuju banget nih, para perokok selalu punya alasan untuk terus merokok. padahal duit mereka jg abis di rokok, makin sakit juga. apalagi kalau di dalam angkot ada yg merokok. itu kampret banget
BalasHapusRETWEET!
HapusNgeri amat...
BalasHapusIya, ngerokok emg gakeren. Kerenan gue. #salahfokus.
BalasHapusKasihan org2 yg di sekitar perokok aktif. Katanya sih, bakal lebih cepat terganggu perokok pasif drpd aktif. Trs yg pcrn, gmn kl cewenya ternyata asma? Kasihan.
ah bosen gua sob ngebahas ini masalah, mau lu kasih foto sengeri apa pun juga ga bakal ngaruh, kalo namanya udah kecanduan parah ya tetep kecanduan, mirip kayak pengguna narkoba aja sob, dia harus di rehab, tapi kita doain aja deh ya, semoga perokok cepet-cepet sembuh dari kecanduan nya. Gua aja sekarang kalo ngirup asep rokok itu rasa nya mau muntah, ini bener, gua ga bohong, terus kalo ada rokok dibuang tapi asep nya kemana-mana, langsung gua injek sampe ancur, gua kesel sumpah haha
BalasHapusSaya bukan perokok, tapi saya jadi malas liat gambarnya. Ah besok pagi bakal nggak sarapan ini kalo keinget gambar ini.
BalasHapusKya, ayah ku ngerokok ><
BalasHapusAyahku juga perokok, kok. Hihihi..
HapusNah, sebagai anak, kamu tau 'kan tugasmu itu apa?