Kepada
Yth,
Bapak
Joko Widodo
Gubernur
Jakarta
Di
Tempat
Dengan
hormat,
Hallo,
Pak Jokowi, gimana kabarnya? Sehat? Alhamdulillah. Sebelumnya saya ingin
mengenalkan diri saya dulu, nama saya Septian Farhan Nurhuda, tapi bapak bisa panggil
saya Farhan, Tian, atau Torres. Ya, bapak tau, kan, kalo nama lengkapnya Torres,
itu, Farhando Torres? Oh, sorry, itu Fernando, ya.
Saya
ingin memberi masukan kepada bapak, perihal kondisi jalan raya di Jakarta yang
semakin lama, semakin menggila. Sebelumnya, saya tanyakan kepada bapak, apa
yang bapak rasakan saat terjebak macet? Ya, saya tau, pasti bapak merasa kesal,
apalagi jika istri bapak tidak SMS, dan menanyakan “Kamu dimana, baby?.” Ugh,
biarkan saja, bapak tak perlu membalas SMS-nya. Percayalah, istri bapak akan
tau lewat akun Foursquare yang bapak punya. Sorry, saya jadi ngaco.
Berbicara
masalah kondisi jalan raya, saya tidak bisa menyalahkan kebijakan bapak, walau
sejatinya, saya seringkali berkilah dalam hati, dan merasa jenuh, lantaran
macet yang makin hari bukannya membaik, malah semakin buruk.
Tapi,
taukah bapak, kalo sejatinya, masalah terbesar yang dialami kota ini bukan-lah
kemacetan lalu-lintas, melainkan…. Krisis finansial! Ya, Jakarta sudah semakin
sempit, bahkan luas wilayah, pun, sangat tidak setara dengan jumlah penduduk
yang membludak pesat. Imbasnya, banyak penduduk yang menjadi pengangguran,
lantaran tidak mendapat pekerjaan. Oleh karena itu, saya tanyakan kepada bapak,
lebih bahaya mana, kemacetan lalu-lintas, atau kemacetan finansial penduduk?
Bingung,
ya?
Calm down,
pak, calm down, sebagai alumni STM
jurusan Teknik Komputer, saya merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah
ini. Dengan itu, saya telah melakukan banyak pengamatan, semoga saja bapak bisa
merenungi, lalu mengambil point dari pengamatan saya, bukan hanya tertegun
kaku. Lalu tidak mengambil sikap.
Jadi
begini, pak Jokowi yang unyu, permasalahan kota ini bukan terletak pada
kurangnya jumlah lapangan kerja, karena pada dasarnya penduduk bisa melakukan
usaha berbasis individu (baca: Berwirausaha). Jadi, sebenernya letak permasalah
ini sama-sekali bukan karena kurangnya Instansi yang menyediakan lapangan
kerja, ya, pak. inget, tuh.
Ehem,
jadi gini..
Bapak
pasti bertanya-tanya, apa sebenernya penyebab utama dari permasalahan ini. Bukan begitu, pak Jokonyu? Atau mungkin bapak
menerka-nerka jika inti permasalahan ini hadir, karena banyak perusahaan asing
yang cabut dari Jakarta, dan membuat karyawan-karyawannya terlempar, dan
menjadi pengangguran. Oh, kalau seperti itu, bapak jelas sangat salah! Tanpa
bapak sadari, inti dari permasalahan ini hadir dari hal yang tidak diduga-duga.
Apakah itu? Ya, tidak lain dan tidak bukan adalah… Olga Syahputra! Wuaaaah,
pasti bapak bingung, ya? Tenang, saya juga bingung, kok. Malahan, guru ngaji saya
juga ikutan bingung. Iya, guru ngaji saya hobinya emang bingung. Waktu ditanya
“Lebih indah mana? Syurga, atau Trans Studio Bandung?” Eh, dia malah diem.
Aneh, kan, pak?
Oke,
fokus ke main-problem, ya.
Kita
berbicara soal kapabilitas Olga di dunia hiburan tanah air. menurut saya, dia
adalah komedian yang cukup unik, walau hobinya lenggak-lenggok pinggang, tapi
tetep aja unik. Pembawaannya santai, walau terkadang perkataannya sedikit
melukai perasaan orang lain.
Tapi,
taukah, bapak, berapa honor Olga dalam mengisi suatu program televisi?
Ya,
saya pernah mendapatkan info -dari salah satu forum, kalau honor Olga tidak
kurang dari Rp 60.000.000, lhooo. Sebulan? Uh, tunggu dulu. 60jt adalah honor
yang Olga terima per-episodenya. Dan menurut data penyiaran, Olga mengisi 6
acara tiap harinya. Mari sedikit berhitung, pak. jika Olga menerima 60jt per-episode, dan tiap hari dia mengisi 6
acara, itu sama aja dia menerima honor Rp 360.000.000 (tiga ratus enam puluh
juta rupiah) per-hari! Waw sekali, bukan? Bagaimana jika sebulan? Ya, tentu
saja dia akan menerima honor Rp 10.800.000.000 (sepuluh milyar delapan ratus
juta). Bujubuneeeeng! Sabar, pak, sabar! bapak nggak usah iri. Yang terpenting
adalah, apa yang bisa Olga lakukan dengan uang segitu banyak?
Ya,
bapak benar! Tidak ada yang bisa Olga lakukan, kecuali menyumbangkan sebagian honornya
untuk mereka yang membutuhkan. Pertanyaannya, apakah ada relasi khusus antara ‘menyumbangkan
sebagian honor’ dan ‘krisis finansial’ yang melanda Jakarta? Oh, jelas ada,
pak! gak percaya? Saya jelasin lagi, deeeeh…
Bapak
pernah melihat program YKS? Pesbukers? Atau mungkiiiin, program musik Dahsyat? Ugh,
pasti sudah pernah, kaaaan? Nah! Di ketiga acara itu, ada satu momen dimana
Olga mengundang penonton ke atas stage,
lalu memberikan uang secara cuma-cuma. Imbasnya, banyak penonton (dari berbagai
profesi) yang hadir ke studio program tersebut, dan meninggalkan daily activity-nya. Sooooooo, semua ini
berdampak buruk pada pekerja yang merasa dirinya diuntungkan, lalu membuat
komparasi, membandingkan ‘upah kerja’ dan ‘hadiah kuis’. Ya, dia akan
berasumsi: “Mendingan ikut program yang diisi sama Olga, lumayan, tiap hari
dapet sejuta. Daripada gue kerja jadi kuli, sehari palingan cuma dapet 45rb,
itupun belom buat beli Kratingdaeng!”
Tidak
hanya itu, bayangkan, jika karyawan di suatu perusahaan asing memutuskan untuk
pergi (resign), lalu memilih untuk
menonton program yang diisi oleh Olga, lantas, bagaimana nasib perusahaan itu? Ya,
mereka akan cabut dari Indonesia, jika ini terus terjadi, maka Jakarta akan
bersih dari perusahaan asing. Dan bila kita berpikir jauh, ketika perusahaan
asing sudah mulai kabur, dan masyarakat Jakarta menggantungkan hidupnya pada
Olga, maka saat itulah Jakarta akan hancur, Pak! Akan hancur! Bagaimana tidak? Seorang
public figure pasti memiliki masa
jaya, dan masa tenggelam. Jika Olga sudah menua, lalu memutuskan untuk keluar
dari dunia hiburan, lantas, bagaimana nasib penduduk Jakarta? Pasti mereka
hengkang dari Ibukota, dan memilih untuk mencari pekerjaan lagi diluar kota. Dan
siapa yang paling dirugikan? Tentu saja anda, Pak Jokonyu! Karena anda mungkin akan
ditinggalkan di kota Jakarta, seorang diri. karena belakangan ini diketahui ternyata
Pak Ahok juga ngefans berat sama Olga.
Hihihihi…
Sekiranya
sampe sini dulu surat yang saya buat, tolong dipikirkan matang-matang, karena
nasib kota ini ada di tangan anda, pak. Kita hanya bisa menunggu, dan merasakan
hasilnya di kemudian hari. Untuk kurang dan lebihnya, saya ucapkan terima
kasih.
Nb: Oh,
iya, bapak main Twitter, gak? Follow saya ya, @septianfarhan. Mention aja,
nanti saya follback, kok.
Salam cenat-cenut
Pendukungmu,
Septian Farhan Nurhuda
WUAHAHAHAHA SIALAN! SIALAN! SIALAN! BISA AJA LO BROOOOO!!! HAHAHA..........
BalasHapushahahah bisa aja lau men..
BalasHapusabsurd banget hahaha
BalasHapustapi semoga aja ya pak jokowi nemu postingan ini xD
Beliau main blog juga, gak, ya?
HapusOh, iya, bapak main Twitter, gak? Follow saya ya, @septianfarhan. Mention aja, nanti saya follback, kok.
BalasHapusahahahahaha , , ,moga suratnya ampe tujuan sob , , ,
sumpah, gue jadi jokowi langsung gue bakar nih surat #amarahmurka hahahaha :D
BalasHapusGak dibakar, kok. kan kirimnya lewat e-mail :))
Hapushaha. ngakak bacanya
BalasHapusBisaan banget. Haha
BalasHapusDan Olga tepat jadi sasaran..
YOU GOT IT!
HapusHahahahaha, biadab nih postingan!
BalasHapusSemoga pak Jokowi baca, deh. Paling dia cuma bisa ngakak, bukan mikirin Jakarta.
Nah, jadi makin ruwet gini kan. Kampret.
waduh bro, berani amat buat surat kayak begini. kan bahaya kalo pa jokowi baca. *mustahil yak*
BalasHapusoh ya, saya udah follow blog agan. ditunggu follow back nya ya :
http://mnafarin.blogspot.com
buat yang lain juga, silahkan kalo mau saling follow dengan saya :)
Wew, gue mahaminnya aja rada lama xD
BalasHapus