Di Dunia ini, hanya ada
dua cinta yang sangat menyedihkan. 1). Cinta diam-diam. 2). Cinta beda
keyakinan.
Cinta diam-diam adalah perasaan mencinta yang tumbuh secara
perlahan, melalui perantara hati yang salah. Banyak dari mereka yang terlibat
cinta diam-diam, dan berakhir pada luka yang entah sampai kapan sembuhnya.
Semua pasti tau, bagaimana proses manusia dalam menjalin
asmara. Ya, pastinya semua itu berawal pada pengakuan perasaan, lalu berakhir
pada konfirmasi pihak kedua.
Pengakuan itu-pun sangat sederhana, misalnya: “Gue suka sama
lo. Lo mau, gak, jadi pacar gue?” dan kita hanya menunggu beberapa detik untuk
mendapat jawabannya. Eh, nggak juga, sih. Ada, kok, yang nunggu jawabannya
sampe berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan sampe
berabad-abad. Ya, sebut saja penolakan secara halus, seperti: “Uhm, pikir-pikir
dulu, deh!”.
Cinta diam-diam tak akan membawa banyak korban, karena
aktifitas ini hanya membutuhkan satu korban untuk di hancurkan hatinya. Siapa
korbannya? Ya, si pelaku cinta diam-diam.
Banyak aktifitas ‘percuma’ yang mereka anggap menyenangkan,
contohnya seperti mengamati setiap gerak-gerik seseorang yang sedang ia jadikan
target. Baik secara langsung, maupun melalui media sosial. Bahkan si pelaku
cinta diam-diam ini sangat mendetailkan apapun yang dilakukan oleh si target.
Misalnya: ‘Ada satu momen dimana si target sedang berjalan di Taman, lalu
dengan tak sengaja dia terjatuh, dan melukai tubuhnya sendiri’. Ya, momen
barusan memang singkat. Tapi tidak, bagi pelaku cinta diam-diam. Gak percaya?
Percaya, dong~
Jadi, gini.. Saat pelaku cinta diam-diam melihat kejadian
barusan, dia akan melakukan pengamatan yang sangat mendalam, lalu memisahkannya
dalam detail-detail kecil. seperti:
1. Si
target jatuh di Taman yang letaknya berjarak 2,3KM dari pusat kota.
2. Si
target terjatuh pada pukul 14.07 WIB. Atau lebih tepatnya, 8 menit setelah
hujan reda.
3. Saat
terjatuh, si target sedang menggenggam Ipod di tangan kanannya, dan es krim di
tangan kirinya.
4. Saat
terjatuh, si target sedang menggunakan headset di telinga kanannya, dan
membiarkan headset kiri-nya menggantung di atas kerah baju.
5. Dan
saat terjatuh, si target berteriak “Aawww!” dengan durasi waktu 2,07 detik.
Pengamatan
di atas, sangatlah mendasar, karena pada dasarnya, sang pelaku cinta diam-diam
akan melakukan apa saja, demi mendapatkan detail itu sendiri, bahkan di antara
mereka ada yang sampai rela mengorbankan waktunya, hanya karena ingin
mendapatkan detail kecil itu, lalu menggabungkannya pada suatu folder yang
disebut perhatian. Ya, bagi mereka, aktifitas di atas adalah suatu perhatian.
Padahal secara kasat mata, semua hal yang mereka lakukan itu menjijikan.
Mendetailkan suatu masalah, lalu membuat suatu kesimpulan yang sama sekali
nggak ada hasilnya.
Miris.
Cinta
diam-diam: suatu perasaan yang tumbuh secara cepat, namun hanya bisa dinikmati
oleh diri sendiri, melalui perantara hati yang salah.
***
Sama
halnya seperti cinta diam-diam, cinta yang satu ini terlihat sangat sulit.
Bedanya, cinta diam-diam hanya melibatkan 1 individu yang terluka, sedangkan
cinta yang satu ini melibatkan 2 individu untuk merasakan luka bersama. Ya,
inilah cinta terpedih yang entah Tuhan ciptakan, ato tidak. Cinta beda
keyakinan.
Cinta
beda keyakinan, atau yang biasa disebut cinta beda agama adalah: suatu cinta
yang berawal pada masa-bodo, lalu berakhir pada jurang kebimbangan, dan enggan
untuk keluar.
Bagaimana
tidak? Cinta datang secara tiba-tiba, bahkan kita belum sempat menanyakan agama
kita masing-masing, bahkan tidak ada keinginan untuk menanyakan itu. Terdengar
agak aneh, kalo pembicaraan awal harus dimulai dengan kalimat: “Halo, boleh
kenalan, gak? Uhm, Agama kamu apa?”.
So,
gue selalu mendeskripsikan cinta beda keyakinan dengan awal yang selalu
masa-bodo. Mereka selalu beranggapan jika cinta hanya sekadar “I love you” dan
juga “I love you too”. Tak pernah berfikir jauh atas apa yang sedang mereka
jalankan.
Mungkin
kalimat “Udah, kita jalanin aja dulu. Nggak usah dipikirin, nanti malah
pusing.” Selalu mengalun indah tiap harinya, saat sepasang kekasih beda agama
berada pada puncak asmara yang begitu dahsyat.
***
Pengalaman
cinta beda agama pernah gue saksikan kebenarannya. Ketika itu, Novi, temen SD
gue, sedang berada pada puncak asmara, dia jatuh hati pada pria berkacamata
yang rumahnya berada persis di belakang sekolah.
“Han,
kenal sama cowok berkacamata yang dibelakang sekolah, gak?” tanya Novi, sambil
membenarkan jam tangannya yang terlepas.
“Oh,
yang rambutnya jabrik? Yang kulitnya putih? Terus, tiap kali lewat depan
sekolah, selalu nundukin kepala. Itu yang lo maksud, Nov?” saut gue, detail.
“Iya!”
“Hmmm…”
gue ngagguk-ngangguk, kemudian wajah kami saling berhadapan, “LO NAKSIR, YA?
HAHAHA”
“Iya,
Han. Tapi…”
“Tapi
apa? Dia Nggak ngerespon lo? Dia cuek? Atauuuu, uhm, tunggu dulu! Jangan-jangan
dia nggak suka cewek? Duh, bahaya juga, Nov” singgung gue, tak memberi ampun.
“Bukan
itu masalahnya, Parhan! Gini, beberapa hari yang lalu, gue sama Shofi pergi ke
toko buku di daerah Perumnas”
“Terus?”
“Disana
ada Gereja, gue lupa nama gerejanya, tapi itu nggak penting, yang terpenting
adalah… si cowok berkaca mata itu masuk ke dalem, gue nggak tau pasti dia itu
mau ngapain, tapi satu hal yang gue tau, dia ini seorang kristiani, dan lo tau,
kan, agama gue apa? Gue Islam, Han. Ini berbanding terbalik sama harapan gue di
awal”
“O,
Iya!” Gue bergidik, “Pria berkacamata itu emang penganut agama Kristen,
katholik lebih tepatnya. Gue baru inget, nama pria itu Candra, Nov. Tiap kali
kita main futsal bareng, dia selalu pake kalung salip!”
“Tuh,
kaaaan. Bener gue bilang. Masalahnya…”
“Masalahnya?
Masalah apa, Nov?”
“Masalahnya
yang suka sama dia, tuh, banyak! Bukan cuma gue doang. Sasa, Nanda, Putri, sama
Febrina juga naksir berat ama dia!”
Gue
tertegun. Mencoba mengambil point penting dari penjelasan Novi barusan. Baru
kali ini gue nggak berkutik nanggepin curhatan temen. Kepekaan gue dalam
mengambil jalan keluar terasa hambar.
Keesokan
harinya, Novi kembali melakukan hal yang sama, duduk di barisan ujung, lalu
membuka jendela kelas, dan mencoba mengamati rumah ber-cat hijau di belakang
kelas. Ternyata itu rumahnya Candra. Pantesan.
“HOY!”
sapa gue, setengah menggertak.
“HEH,
APA?!” jawab Novi, “SIALAN, LO! NGAGET-NGAGETIN GUE AJA! lanjut Novi, ketus.
“Mmmh..
okey, sorry, Nov” saut gue, “Masih ngarepin si Candra-Candra itu? Dari tadi,
gue perhatiin, kayaknya serius banget ngeliatin rumah cat ijo. Itu rumahnya Candra?”
“Iye,
Han. Tadi gue liat dia keluar rumah, sekedar ngasih uang ke pengemis. Uh, dia
sempurna banget. Udah ganteng, dermawan pulak! Tapi sayang, kami tak sama”
“Iya,
nggak sama. Kalo sama, itu namanya cinta satu jenis. Lo mau dibilang lesbian?
HAHAHA..”
“Kagak
lucu! Kampret lo, temen lo lagi galau, malah dibercandain!”
“Eh,
iya! Bercanda, kok!” gue bergidik ngeri, “Sekarang gini, ambil jalan keluarnya.
Semakin hari, gue perhatiin, elo bukannya ngebunuh rasa lo ke dia, eh, malah
makin menggila. Kalo begitu, gimana hubungan kalian kelak? Bahasan tiap hari
hanya mengulas masalah Tuhan, kepercayaan, dan permasalahan. Udah, deh, Nov.
Nggak ada baiknya perasaan itu terus ditanem. Takutnya, Tuhan malah makin benci
sama lo”
“Lo
pikir, ngelupain orang itu semudah ngelupain episode sinetron. Kagak kali, Han!
Banyak tingkah lakunya yang beda, gak sama seperti cowok pada umunya. Dia
tulus, gue yakin banget. Ketauan kok dari cara dia memperlakukan pengemis. Itu
yang gue suka” jawab Novi, berderet. “Lo emang bisa kayak dia?”
“Gu-gue?
ka-kaya dia? Ya, jelas nggak bisa, dong, Nov. Gue nggak mau nuntut hidup, buat
gue, tiap manusia udah dikasih jalan hidup masing-masing. Masalah jodoh, pun,
gue nggak mau ribet, buat apa ribet, kitakan punya Arsitek yang ngatur
segalanya”
“Arsitek?”
“Iya,
lo tau siapa arsiteknya?” tanya gue, tepat di depan wajah Novi, “Dia adalah
Tuhan kita, dia yang ngatur segalanya melalui cara yang berbeda”
“Tau,
ah, Han” jawab Novi, bete, “Lo pikir, kenapa Tuhan nyiptain cinta, kalo pada
kenyataannya dia yang kita cinta, nggak semestinya bersama kita. Gue cuma
pengen deket sama orang yang gue sayang, tanpa dibatasi oleh ba-bi-bu. Bete
tau, gak?”
Novi
lari tergopoh-gopoh ke luar kelas, entah tempat mana yang akan dia tuju,
mungkin kamar mandi? Entahlah.
Sore
harinya, ketika bel kelas mulai terdengar, dan anak-anak sudah meninggalkan
kelas, Novi masih tertegun bimbang di meja kelas. Alasannya sudah jelas, pasti
ini gara-gara si kacamata-jabrik-ganteng itu. Bosen.
Gue
duduk di halaman kelas, mencoba menunggu Novi menghilangkan kesedihannya.
Matahari mulai bergeser, bergeser, dan akhirnya terbenam. Gawat, udah hampir
maghrib, Novi masih di dalem kelas sendirian, padahal biasanya dia paling nggak
suka sendirian, takut katanya. Ya, semenjak nonton film Bangku Kosong, dia jadi
parnoan, liat bayangan sendiri aja, takut.
Gue
lari ke arah ruang kelas, sambil meneriakkan nama Novi berulang kali, tak ada
jawaban, sampe pada akhirnya, di sudut yang tepat, gue mendapati Novi sedang
berbicara dengan seseorang di balik jendela, mata gue mencoba meraba-raba,
semakin lama, semakin jelas. “AH, GILA!” gue kaget parah, “Ternyata itu si
Kacamata-jabrik-ganteng! Anjrit, ngapain dia di situ?”. Gue bersembunyi di
balik dinding, dan mengamati dari kejauhan.
Percakapan
mereka berakhir dengan sangat aneh, si Kacamata-jabrik-ganteng mendadak ilang
begitu aja, berbeda dengan Novi yang mulai menjatuhkan air matanya. Sambil
menahan tangis, dia bilang “Fa-Far.. h-haaan, gu-gu-gueeeeh.. di-ditolak sama
Candra. Dan e-e-eloh tau di-dia bilang apha?” gue mengernyitkan alis, kemudian
diam, tertegun, tanpa ada rasa ingin merespon pertanyaan Novi.
Lalu
ada keheningan yang cukup panjang.
Tangis
Novi semakin lama, semakin menjadi. Air matanya seakan ingin memecah
keheningan. Sedikit demi sedikit, gue mulai peduli sama dia, gue tanya: “Apa? Dia
bilang apa barusan?”
Novi
memandang langit-langit kelas, tampak ada sedikit keraguan dari wajah Novi,
dengan tenang, dia jawab: “Dia nolak gue dengan alasan yang janggal, Han. Janggaaaaal
banget. Pas gue nanya soal penyebab dia nolak gue, dia malah jawab, Tuhan benci
sama perbedaan. Seandainya perbedaan itu nggak ada, mungkin kita bisa saling
mencinta. Gitu, katanya”
“Ya,
memang. Kalo perbedaan itu nggak ada, hidup nggak akan asik, lah, Nov. Bayangin
aja, kalo semua orang punya impian jadi Dokter, terus yang jadi petani siapa?
Yang jadi guru siapa? Masa, iya, semua orang profesinya Dokter semua. Nggak lucu,
kali!”
“O,
yaudah. Makasih sarannya, tapi semua itu nggak ngebantu sama sekali, Han” Novi
merapikan bukunya, lalu pergi keluar kelas dengan wajah yang pucat, dan mata
yang terlihat sayup-sayup.
Keesokan
harinya, Novi terlihat duduk di barisan tengah. Jendela kelas di bagian barat,
pun, tampak masih tertutup rapat. Ada apa dengan Novi? Ada apa dengan
pengamatannya? Ato mungkin dia sudah mulai bosan mengamati pria pujaannya itu? Ogh,
ternyata pagi tadi si Candra memutuskan untuk pindah rumah. Pantesan si Novi
keliatan gak peduli. Cuek aja, sambil SMS-an ama kakaknya.
So,
karena peristiwa itu, hari-hari Novi kembali seperti semula. Keadaan kelas
mulai normal seperti biasanya. Nggak ada yang tereak-tereak “Candra, Candra”
lagi.
Aman.
***
Cerita
diatas memang terlihat sangat singkat. Tapi tidak bagi Novi yang terlibat di
dalamnya. Dia memandang semuanya melalui detail yang salah. Bodohnya, dia hanya
memikirkan cinta jangka pendek. Tidak memikirkan nasib hubungannya kelak. Emang
nggak kasian, ya, kalo nanti berumah
tangga, terus punya anak. Pasti bingung, mau milih agama siapa yang bakal
dianut. Endingnya? Pasti rumah tangga kalian akan goyah, lantaran perbedaan
pendapat yang selalu mewarnai hari-hari kalian bersama pasangan.
Jujur,
gue nggak pernah percaya sama kekuatan cinta beda agama. Karena seberapapun
kuatnya kalian bertahan, tidak akan pernah sekuat dan semurni pernikahan karena
satu iman. Harmoni dan tentram, tanpa kemungkinan adanya kesalahpahaman.
Ada satu misteri yang sampe sekarang masih belum bisa
terungkap, perihal ‘cinta beda agama’ dan ‘jodoh di tangan Tuhan”. Jadi, gini..
semua manusia tau, kalo jodoh itu ada di tangan Tuhan. Dan Tuhan melarang kita
untuk melakukan pernikahan beda agama. So, tapi kenapa di luar sana banyak
sekali sepasang suami-istri yang memiliki keyakinan berbeda? Namun bisa saling
mencinta, sampe waktu yang memisahkan mereka. Katanya Tuhan melarang kita
menikah dengan mereka yang memiliki kekayakinan berbeda, tapi kenapa Ia masih
menyatukan? Bukan, kah, itu yang dinamakan ‘jodoh’?
Di point terakhir ini, gue mau nganjurin ke kalian, untuk
jangan pernah mencoba jatuh cinta dengan mereka yang memiliki agama berbeda. Lebih
baik dihindari, daripada sakit di kemudian hari. Bukannya apa-apa, soalnya ini
sudah menyangkut kehidupan setelah mati. Nggak baik untuk diperjuangkan,
apalagi memaksakan kehendak untuk masuk ke agama yang mereka anut masing-masing.
So, kayaknya segini aja,
deh, bahasan gue hari ini. Intinya simpel, kok, gak rumit. Jangan pernah
mencoba menitipkan hati pada seseorang yang memiliki keyakinan berbeda. Udah,
itu aja.
Well, Tolong renungkan
postingan ini ya, temen-temen. BYE! Happy weekend :))
***
“Makanya itu Tuhan
nyiptain cinta. Biar yang beda-beda bisa saling nyatu” – Cin(T)a.
AKKK!! Paling suk ama postingan cinta beda agama ginih! :)
BalasHapusgua kagak pernah ngalamin cinta beda agama . cinta diem-diem. iya :D tapi postingnnya keren.. lagi blogwalking nih.. silahkan kunjungi blog saya jika ada waktu ya expresiuci.blogspot.com
BalasHapusUh, photo kamu lucu. Bagaimana kalo kita jadian aja?
Hapushaduhh.. LDR kuadrat : Love different Regigion :D
BalasHapusKeren sob, tersentuh! :')
BalasHapuscinta diem2 pernah, cinta beda agama juga pernah, buat pengalaman :D
BalasHapusbtw bagian cinta diem2 yg pas jatoh itu bkn gue gerah, kalo cinta ditolong dong, masak diem aja sembunyi di balik rumput. itu anak orang jatoh buat ditolong bukan dipantengin aja :p
Kan ceritanya malu, Kakak~
HapusGue suka sama ceritanya. Cara penulisannya juga enak, gampang buat nangkep point-nya.
BalasHapusPengalaman lo keren, bro! Hehe.
Yeah! X)
Hapuscinta beda keyakinan, awalnya masa-bodo. emang gitu sih kalo gue rasain :)
BalasHapus"Udah, jalanin aja. Yang penting, kan, sama-sama cinta." gitu, ya? HAHA. Btw, lo pernah ngalemin, nih?
Hapuslalu kenapa harus ada perbedaan agama? Apakah Tuhan itu beda? Apakah kita diciptakan oleh Tuhan yang beda? Bagaimana klo seandainya Tuhan itu sebenarnya tidak ada?
BalasHapusBukan mengkritik, cuma sedikit nambahin bahan pikiran aja :-)
Tuhan itu satu, hanya cara menyembahnya saja yang berbeda.
Hapuscinta beda keyakinan, aku yakin sama dia tapi dia nggak yakin sama aku. :')
BalasHapus:'(
HapusCin(T)a -- selalu aneh, tapi kehadirannya tidak pernah tidak datang. Cinta bahkan anehnya, selalu ada saja cara datengnya.
BalasHapustermasuk cara dari dua postingan kaka.
Fiuuh, .
Entahlah. ,
Maksudmu apa, nak?
Hapuskerenlah gaya penulisannya bisa kaya gini, gue gak bisa bro
BalasHapusBanyak-banyak membaca, dong. Untuk melatih kepekaan dalam menulis :))
BalasHapusKeren parah!! tulisan lo enak bgt dibaca.
BalasHapusGue pernah pacaran beda agama, dan ditengah-tengah hubungan, kami sama-sama sadar kalau ini salah, dan memutuskan suatu saat harus putus. Butuh satu taun untuk sama-sama menerima hal itu dan benar-benar putus.
BalasHapusNice article bro. Gua seminggu lalu baru putus sama cewe gua. Pas sehari setelah ngerayain anniversary. Apa penyebabnya? Beda agama. Well, gak bakal gua ulangin lagi ;)
BalasHapusBukan "tuhan" yang tidak mngijinkan hubungan beda keyakinan..
BalasHapusTapi agama lah yang membut itu terjadi...
katanya yang paling sakit ada cinta diam-diam dan beda agama.
BalasHapuskalau aku dua-duannya....
kakak punya saran????
Very descriptive blog, I enjoyed that a lot.
BalasHapushow to get money quickly
Judi online impian