9 Feb 2014

Perokok Itu Gak Keren, Kok!


        “Kamu pacaran sama perokok, ya?” tanya seorang pria, singkat.

        “Iya! Emang ada yang salah dari seorang perokok?”

      “Tentu ada!” ujar pria tadi, “Lagian emang kamu nggak keganggu kalo deket sama dia? Pembicaraan kalian akan diwarnai oleh asap yang mengepul dengan ganas!”

      “Gak peduli!” jawabnya ketus, “Percaya, deh. Kalo dia emang sayang sama aku, dia bakalan berhenti ngerokok, kok!”

         “Nggak mungkin! Berhenti ngerokok kan sus….”

        Belum selesai pria itu berbicara, si wanita langsung memotongnya dengan cepat, “Apa? Berhenti ngerokok itu susah? Nggak, tuh! Aku yakin sama kekuatan cinta. Masa iya, cinta dia ke aku bisa kalah sama hobi ngerokok-nya! Udah, deh. Kamu peduli amat! Lagian yang pacaran kan aku, bukan kamu. Ya suka-suka aku, dooong..”

        “Iya, deh. Terserah kamu. Selamat menuju kematian bersama kekasih, ya! Bye!” pria itu ngeloyor pergi, disertai oleh cekikikan yang sedikit tertahan.


***

        Udah tiga kali gue terlibat dalam pembicaraan seperti itu, dan udah tiga kali juga gue gagal, karena nasihat gue terhempas jauh oleh kilahan-kilahan mereka yang hebat.

        Tapi gue bisa apa? Karena pada dasarnya, merokok adalah hal yang wajar bagi seorang pria, khususnya di Negara kita, Indonesia. Malahan, menurut  riset, jumlah perokok Indonesia sudah meningkat hampir tiga kali lipat sejak tahun 1980. Wah, mungkin karena jumlah penduduk Indonesia yang saban hari semakin bertambah kali, ya? Duh!